Senin, 04 Januari 2016

Pengelolaan Kelas

 Pengelolaan Kelas

A.      Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptkakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengalihkannya agar tidak menjadii penghalang bagi proses belajar mengajar.
Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting uuntuk diketahui oleh siapa pun juga yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan. Maka penting untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas dalam hal ini.
B.       Dimensi-dimensi Pengelolaan Kelas
Di dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas ada beberapa dimensi-dimensi dalam pengelolaan kelas yang harus terpenuhi oleh pendidik dan peserta didik dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Adapun dimensi pengelolaan kelas sebagai berikut:
1.      Dimensi Pencegahan (Preventif)
Dimensi pencegahan (preventif) dapat merupakan tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan atau format belajar mengajar yang tepat. Dalam rangka pembinaan pengelolaan di sekolah kita dapat menempuh berbagai usaha antara lain:
a.       Meningkatkan kesadaran diri dari guru
b.      Meningkatkan kesadaran siswa
c.       Sikap tulus dari guru
d.      Menemukan dan pengenalan alternatif pengelolaan
e.       Membuat kontak sosial
2.      Dimensi Tindakan (Action)
Dimensi tindakan (action) merupakan kegiatan yang dilakukan guru bila terjadi masalah pengelolaan. Adapun hal  yang bisa dijadikan pertimbangan bagi guru atau dosen dalam melakukan tindakan adalah:
a.       Lakukan tindakan dan bukan ceramah
b.      Do not bargain
c.       Gunakan “kontrol” kerja
d.      Nyatakan peraturan dan konsekuensinya
3.      Dimensi penyembuhan
Dimensi penyembuhan dimaksudkan untuk membina kontak sosial yang tidak jalan. Bentuk dari situasi ini seperti: siswa melanggar sejumlah pelaturan sekolah, siswa menolak konsekuensi, siswa menolak sama sekali aturan khusus yang sudah dibuat, dan laian sebagainya. Adapun langkah-langkah penyembuhan yang dapat dilakukan guru atau dosen sebagai berikut:
a.       Membuat rencana
b.      Menentukan waktu pertemuan
c.       Pemecahan masalah / kontak individual
d.      Melakukan kegiatan tindak lanjut
C.      Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplian, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasipada siswa (Sudirman N, 1991:311).
Suharsimi Arikunto (1988:688) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
D.      Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang dapat berdiri sendidri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dalam hal ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara berkelompok maaupun secara individual.lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagia pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1.    Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai sustu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru diasini adalah mencipttakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.

2.    Pendekatan Ancaman
Pengelolaan kelas juga sebagai suatu proses  untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran dan memaksa.
3.    Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan disrtikan secara suatu proses untuk membentu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru dalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.    Pendekatan Resep
Pendekatan ini dilakukan dengan memberi suatu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peran guru hanyyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5.    Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peran guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6.    Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peran guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
7.    Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial didalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling. Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Di sini guru adalah kunci terhadap pembentukn hubungan pribadi itu dan peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
8.    Pendekatan Proses Kelompok
Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar. Peran guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok efektif.
9.    Pendekatan Elektis (Plurralistik)
Pengelolaan kelas yang berusaha mengguanakan berrbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan dengan efektif dan efisien.
E.       Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan. Berbagai faktorlah yang menyebabkan kerumitan itu. Secara umum, faktor-faktor yang mempengrauhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khasnyya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya secara individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual dan psikologis.
Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa di kelas dan sebagainya. Masalh jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semkain banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh dua orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya, semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat diperguanakan. Maka penting bagi guru untuk mengetahahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang akan diuraikan sebagai berikut.
1)   Hangat dan Antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimlementasikan pengelolaan kelas.
2)   Tantangan
Penggunaan kata-kata , tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tambah lagi, akan tambah menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka.
3)   Bervariasi
Penggunaan alat atau media (alat bantu), gaya mengajar guru, pola interksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasiaan dalam pengguanaan apa yang yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kels yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4)   Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencgah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5)   Penekanan pada Hal-hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal yang positif, yaitu penekanan hal yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negaatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6)   Penenaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin didri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladdan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggungjawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut disiplin dalam segala hal.
F.       Komponen-komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
1.    Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
1)   Sikap Tanggap
Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan. Seolah-olah mata guru berada dibelakang kepala, sehiingga guru dapat menegur anak didik walaupun guru sedang menulis di papan tulis. Sikap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan.
2)   Membagi Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara visual dan verbal.
3)   Pemusatan Perhatian Kelompok
Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa ia bekerja sama dengan kelompok atau subkelompok yang terdiri dari tiga atau empat orang. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat guru lakukan, yaitu memberi tanda, pertanggungan jawab,  pengarahan dan petunjuk yang jelas, penghentian, penguatan, kelancaran dan kecepatan.
2.   Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal
Keterampilan yang berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gnagguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah mengguankan tingkah laku dan tanggapan yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua anak didik, untuk membantu mengatasinya.
Bukanlah kesalahan profesional guru apabila ia tidak dapat menengani setiap masalah anak didik dalam kelas. Namun pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strrategi untuk tindakan perbaikan terhadap tiingkah laku anak didik yang terus-menerus menimbulkan gangguan dan tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi itu adalah modifikasi tingkah laku, pendekatan pemecahan masalah kelompok serta menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
§   Komponen-komponen Pengelolaan Kelas
Untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran, maka unsur-unsur pengelolaan meliputi dua tindakan yaitu:
·      Tindakan Preventif
Preventif yaitu upaya sedini mungkin yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran.
o  Tanggapan (peka) yaitu kemampuan guru merespon terhadap perilaku atau aktivitas yang dianggap akan mengganggu pembelajaran.
o  Perhatian, selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun segala sesuatu yang muncul.
·      Tindakan Refresif
Tindakan refresif yaitu kemampuan guru untuk mengatasi, mencari dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran.
o  Modifikasi tingkah laku, yaitu bahwa tingkah laku dapat diamati
o  Pengelolaan kelompok, yaitu untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan berbagai komponen atau unsur yang terkait
o  Diagnosis, yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan maupun unsur-unsur yang akan mejadi kekuatan bagi peningkatan proses pemebelajaran
o  Peran guru, yaitu mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya, membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas, dan menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku sesuai dengan aktivitas kelas.
G.      Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah dan ringan. Jangankan bagi gutu yang baru menerjunkan diri kedalam dunia pendidikan, bagi guru yang sudah profesinaal pun sudah merasakan betapa sukarnya mengelola kelas. Namun begitu, guru tidak pernah merasa jenuh dan kemudian jera mengelola kalas setiap kali mengajar di kelas.
Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar mengajar.
Doyle (1986) mamandang varabel masalah pengelolaan kelas dari sudut lain. Pendapatnya terungkap dari lima kategori masalah, yaitu:
1.      Berdimensi banyak
Di kelas guru dituntut untuk melaksanakan berbagai tugas yang meliputi tugas-tugas akademik serta tugas penunjangnya, yaitu tugas-tugas administratif.
·         Tugas edukatif; menyusuun persiapan mengajar lengkap dengan alat serta sumber, menyampaikan pelajaran dan mengevaluasi.
·         Tugas administratif; meliputi kegiatan mengabsen, mencatat data siswa, menyusun jadwal, mencatat hasil-hasil pengejaran dan lain sebagainya.
2.      Serentak
Berbagai hal yang dapat terjadi pada waktu yang sama di kelas. Pekerjaan yang satu harus dikerjakan, tetapi pekerjaan yang lain tidak dapat ditunda. Keduanya harus dikerjakan dalam waktu yang hampir bersamaan, dikerjakan secara serentak. Misalnya, selama dilaksanakan diskusi, guru tidak hanya harus  mendengarkan dan membantu mengarahkan pikiran siswa, tetapi juga harus membantu siswa-siswa yang kurang aktif dan efektif melibatkan diri dalam kegiatan dan mencari strategi agar diskusi dapat berjalan dengan baik.
3.      Segera
Proses pengajaran yang terjadi di kelas dapat di katakan cukup cepat. Selama satu hari belajar pada siswa disajikan beberapa mata pelajaran. Aktu yang dijadwalkan untuk setiap mata pelajarran paling banyak tiga penggalan waktu, tetapi rata-rata dua penggalan waktu saja, yang masing-masing penggalang berlangsung selama tiga puluh sampai dengan empat puluh lima menit. Dengan waktu yang dijadwalkan tersebut guru harus membaginya sedemikian rupa hingga cukup efektif menghasilkan sesuatu yang dikuasai oleh siswa. Interaksi antara guru dengan siswa terjadi timbal-balik begitu cepat, sehingga menuntut guru agar dapat segera bertindak melalui proses berfikir, menerima rangsangan dari luar, berpikir, memutuskan dan melaksanakan tindakan. Untuk sesegera mungkin mengantisipasi permasalahan di atas itulah terkadang menjadi masalah bagi guru.
4.      Iklim kelas yang tidak bisa diramalkan terlebih dahulu
Doyle mengatakan bahwa iklim yang terjadi di kelas bukan semata-mata merupakan hasiil upaya guru. Banyak faktor telah mempengaruhi terjadinya iklim di kelas, dan beberapa di antaranya datang dengan tiba-tiba.
5.      Sejarah
Doyle jugga mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di kelas akan mempunyai dampak yang dirasakan dalam waktu yang jauh sesudahnya.seperrti dikemukakan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Emmer Everston Anderston (1980), peristiwa yang terjadi pada awal-awal sekolah akan banyak berpengaruh pada pengelolaan kelas pada tingkat-tingkat berikutnya. Pada pengamatan yang dilakukan terhadap kelas-kelas tinggi diperoleh gambaran, ada kelas-kelas yang begitu mudah dikelola,  tetapi sebaliknya ada yang sangat sulit.ternyata, bahwa kelas yang mudah dikelola merupakan kelanjutan dari kelas yang pada waktu di kelas awal ditangani dengan baik.
H.      Penataan Ruang Kelas
Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan (penataan) ruang kelas. Penyususnan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkann anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak seecara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan:
     Ukuran dan bentuk kelas
     Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
     Jumlah siswa dalam kelas
     Jumlah siswa dalam setiap kelompok
     Jumlah kelompok dalam kelas
     Komposisi siswa dalam kelompok (siswa pandai dan kurang pandai).
(Conny Semiawan, dkk., 1985:64)
Dalam masalah penataan ruang kelas ini uraian akan diarahkan pada pembahasan masalah pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataann keindahan dan kebersihan kelas , dan ventilasi serta tata cahaya.
1.    Pengaturan Tempat Duduk
Dalam belajar sisiwa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan belajar dengan tenang. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki beberapa orang, ada pula yang hanya dapat diduduki oleh seorang siswa. Sebaliknya tempat duduk siswa itu ukurannya jangan terlalu besar agar mudah diubah-ubah posisinya. Ada beberapa bentuk posisi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka posisi tempat duduknya sebaiknya berbentuk melingkar. Jika metode yyang ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang ke belakang. Sudirman N (1991:318) mengemukakan beberappa contoh formasi tempat duduk, yaitu posisi berhadapan, posisi setengah lingkarandan posisi berbaris ke belakang.
2.    Pengaturan Alat-alat Pengajaran
1)   Perpustakaan Kelas
·      Sekolah yang maju ada perpustakaann di setiap kelas
·      Pengaturannya bersama-sama siswwa
2)   Alat-alat Peraga (Media Pengajaran)
·      Alat peraga atau media pengajaran semestinya diletakkan di kelas agar memudahkan dalam penggunaannya
·      Pengaturannya bersama-sama siswa
3)   Papan Tulis, Kapur Tulis dan Lain-lain
·      Ukurannya disesuaikan
·      Warnanya harus kontras
·      Penempatannya memperlihatkan estetika dan terjangkau oleh semua siswa.
4)   Papan Prestasi Siswa
·      Ditempatkan dibagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua siswa
·      Difungsikan sebagaimana mestinya.
3.    Panataan Keindahan dan Kebersihan Kelas
1)   Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya:
     Burung Garuda
     Teks Proklamasi
     Slogan Pendidikan
     Para Pahlawan
     Peta atau Globe
2)   Penempatan Lemari
     Untuk buku di depan
     Alat-alat peraga di belakang
3)   Pemeliharaan Kebersihhan
     Siswa bergiliran untuk membersihkan kelas
     Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban di kelas
4)   Ventilasidan Tata Cahaya
     Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan kelas
     Sebaiknya tidak merorok
     Pengaturan cahaya perlu diperhatikan
     Cahaya yang masuk harus cukup
     Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan.
Ø Empat Kunci Bagi Pengaturan Ruang yang Baik
1.    Jadikan wilayah berlalu lintas tinggi bebas dari kemacetan; Wilayah dengan lalu lintas tinggi meliputi wilayah kerja kelompok, penajam pensil, tempat sampah, keran air minum, beberapa rak buku tertentu dan wilayah penyimpanan, stasiun computer, meja tulis siswa, dan meja tulis guru. Wilayah ini sebaiknya dipisahkan dalam jarak yang luas satu sama lain, memiliki ruang yang luas, dan mudah dicapai. Jika para siswa bekerja dengan computer atau di berbagai bagian di ruangan selama satu mata pelajaran, pastikan bahwa mereka bisa berpindah dengan mudah dari satu tempat ke tempat lainnya.
2.    Pastikan bahwa para siswa dapat dipantau dengan mudah oleh guru; Pemantauan terhadap para siswa yang cermat merupakan salah satu tugaspengaturan utama. Oleh karena itu, pastikan terdapat jarak pandang yang jelas di antara wilayah – wilayah pembelajaran, meja tulis anda (guru), meja tulis siswa, dan seluruh wilayah kerja siswa. Perhatikan penempatan lemari buku, lemari arsip, dan barang – barang perabotan dan perlengkapan lainnya yang dapat menghalangi pandangan anda (guru).
3.    Jaga material pengajaran yang sering digunakan dan perlengkapan para siswa mudah diakses; Menjaga material untuk mudah diakses tidak hanya mengurangi waktu yang dihabiskan untuk mempersiapkannya dan membersihkannya, itu juga membantu menghindari pelambatan dan penundaan yang menghambat dalam proses pelajar mengajar. Jika Anda (guru) atau siswa harus berhenti untuk menempatkan material dan perlengkapan yang dibutuhkan, Anda (guru) berisiko kehilangan perhatian dan keterlibatan siswa serta waktu pembelajaran dan proses belajar mengajar.
4.    Pastikan bahwa para siswa dapat dengan mudah melihat persentasi dan tampilan seisi kelas; ketika merencanakan posisi Anda (guru)  dan para siswa dalam presentasi dan diskusi yang melibatkan seluruh kelas, pastikan bahwa pengaturan tempat duduk akan memungkinkan para siswa melihat OHP atau papan tulis tanpa harus memindahkan kursi mereka, memutar meja tulis mereka, atau memiringkan leher mereka. Periksalah seberapa baik para siswa dapat melihat dengan duduk sebentar di meja tulis di berbagai tenpat yang berbeda di ruang.
Ruang kelas yang dikelola secara efektif adalah ruang kelas yang berlangsung dengan lancar, dengan sedikit sekali kebingungan dan keterhambatan, dan memaksimalkan kesempatan pemelajaran siswa. Tidak mungkin bagi seorang guru untuk menyelenggarakan pembelajaran, atau bagi para siswa untuk bekerja secara produktif, jika mereka tidak memiliki panduan tentang bagaimana mereka berperilaku, kapan dan bagaimana bergerak di sekitar ruangan, dimana harus duduk, kapan mereka boleh dan tidak boleh mengiterupsikan guru, dan jumlah keberisikan yang bisa diterima.
I.         Pengaturan Siswa
Di depan telah diuraikan mengenai pengeturan tempat duduk siswa dengan format yangg bervariasai sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Masalah pengaturan tempat duduk itu sebenarnya akan berhubungan dengan permasalahan siswa sebagai individu dengan perbedaan pada aspek biologis, intelektual dan psikologis.
Abu Ahmad dan Widodo Supriyono (1991:108) melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya pada intinya berisikan ketiga aspek di atas. Perbedaan dan persamaan yang dimaksud adalah :
§  Kecerdasan
§  Kecakapan
§  Hasil belajar
§  Bakat
§  Sikap
§  Kebiasaan
§  Pengetahuan (pengalaman)
§  Ciri-ciri jasmaniah
§  Minat
§  Cita-cita
§  Kebutuhan
§  Kepribadian
§  Pola-pola dan tempo perkembangan
§  Latar belakang lingkungan

1.    Pembentukan Organisasi
Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal untuk melatih dan membina siswa dalam hal hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggung jawab atas tugas yang dipercayakan. Organisasi siswa dapat membantu guru dalam menyediakan sarana pengajaran.
2.    Pengelompokan Siswa
Roestiyah N.K (1989:80) membagi pengelompokan siswa dengan melihatnya dari segi waktu, kecepatan dan sifattnya. Penjelasannya adalah:
Waktu                                          : 1) Kelompok jangka pendek
                                                            2) Kelompok jangka panjang (3 bulan)
Kecepatan                                    :1) Kelompok anak cepat
                                                      2) Kelompok anak lambat
Sifatnya                                        :1) Kelompok untuk mengatasi alat pelajaran
                                                      2) Kelompok atas dasar individual (inteligensi)
                                                      3) Kelompok atas dasar individual minat
                                                      4) Kelompok untuk memperbesar partisipasi
                                                      5) Kelompok untuk pembagian pekarjaan
                                                      6) Kelompok untuk belajar secara efisien
J.        Pengelolaan Kelas yang Efektif
a.    Asumsi
Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatn belajar mengajar baik yang sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apabila dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik.
Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar, kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar, ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan.
b.    Antara Pengelolaan Kelas dengan Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya, namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Kalau pengajaran mencangkup semua kegiatan yang secarra langsung dimaksudkan uuntuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry behavior peserta didik, menyusun rencana pengajaran, memberi informasi,bertanya, menilai dan sebagainya). Maka pengelolaan kelas menuunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar . dengan perkataan lain, di dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat dibedakan adanya dua kelompok masalah yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan kelasa harus ditanggulangi dengan kegiatan korektif pengelolaan, sedangkan masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan korektif internasional.
c.    Masalah Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Lois V. Johnson dan Marry A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a)    Kelas kurang kohesif, misalnya perbedaan jenis kelamin, suku dan tindakan sosio-ekonomi.
b)    Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suarra sumbang.
c)    “membesarkan” hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.
d)   Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya kepada guru karena menganggap tugas yang tengah digarap.
e)    Semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
f)     Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, misalnya gangguan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.
d.   Hambatan dalam Pengelolaan Kelas
Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas.

·       Masalah yang ada dalam Wewenang Guru
Masalah yang ada dalam weenang guru meliputi cara mengatur temapt duduk peserta didik disesuaikan dengan format belajar, membina “raport” yang kurang dengan peserta didik, memberi pujian, memberi hadiah (barang) kepada peserta didik yang menyelasaikan tugas dengan benar sebelum waktunya, menegur peserta didik yang menggenggu temandisebelahnya, mendamaikan peserta didik yang bertengkar pada jam pelajaran yang sedang berlangsung sampai kepada melaporkan pelanggaran tata tertib oleh tata tertib yang sudah diberi teguran dan peringatan baik kepadda wali kelas, kepada sekolah ataupun orang tua peserta didik.
·       Masalah yang ada dalam Wewenag Sekolah
Masalah-masalah yang ada di bawah wewenang sekolah antara lain pembagian ruangan yang adil untuk setiap tingkat atau jurusan pengaturan upacara bendera pada setiap hari senin dan bila pada hari itu turun hujan lebat, menegur peserta didik yang selalu terlamabt pada saat apel bendera, mengingatkan peserta didik yang tidak mau memakai seragam sekolah, menasehati peserta didik yang rambutnya gondrong, memberi peringatan keras kepada peserta didik yang merokok di kelas atau sekolah dan suka minum-minuman keras, sampai kepada mendamaikan peserta didik jika terjadi perselisih antar sekolah.
·       Masalah-Masalah ada di Luar Kekuasaan Guru Dan Sekolah

Masih ada stu masalah yyang di luar wewnang guru bidang studi atau sekolah untuk mengatasinya. Dalam mengatasi masalh semacam ini, yang harus terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti karang taruan, bahkan para penguasa atau lembaga pemerintahan setempat. Pihak-pihak ttersebut dituntut untuk turut membina ketertiban melalui pembiasaan yang baik di rumah pengawasan orang tua, menyediakan fasilitas rekreasi yang sehat bagi remaja dan sebagainya. Masalah pengelolaan kalo terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh para peserta didik pengelolaan tersebut mungkin berupa minum-minuman keras di luar rumah, nonton film di luar batas umur yang sudah ditentukan, bergerombol di jalan dan membuat keributan, ngebut di jalan umum, perkelahian antar sekolah, sampai kepada hal-hal yang bisa digolongkan lagi kepada kenakalan akan tetapi sudah masuk kejahatan seperti pencurian, penjambretan, penodongan dan pemerasan. Masalah-masalah semacam ini benar-benar sudah berada di luar jangkauan guru dan ssekolah untuk mengatasinya walaupun sampai batas-batas tertentu usaha pencegahan dan penyembuhan selalu dilakukan baik oleh guru bidang studi, wali kelas ataupun sekolah sebagi lembaga pendidikan.

2 komentar: