Pengelolaan
Kelas
A.
Pengertian
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu
mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan
untuk menciptkakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien. Ketika kelas terganggu,
guru berusaha mengalihkannya agar tidak menjadii penghalang bagi proses belajar
mengajar.
Dalam konteks
yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting uuntuk diketahui oleh
siapa pun juga yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan. Maka penting
untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas dalam hal ini.
B. Dimensi-dimensi Pengelolaan Kelas
Di
dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas ada beberapa dimensi-dimensi
dalam pengelolaan kelas yang harus terpenuhi oleh pendidik dan peserta didik
dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif, sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik. Adapun dimensi pengelolaan kelas sebagai berikut:
1.
Dimensi Pencegahan (Preventif)
Dimensi
pencegahan (preventif) dapat merupakan tindakan guru dalam mengatur siswa dan
peralatan atau format belajar mengajar yang tepat. Dalam rangka pembinaan
pengelolaan di sekolah kita dapat menempuh berbagai usaha antara lain:
a.
Meningkatkan kesadaran diri dari guru
b.
Meningkatkan kesadaran siswa
c.
Sikap tulus dari guru
d.
Menemukan dan pengenalan alternatif
pengelolaan
e.
Membuat kontak sosial
2.
Dimensi Tindakan (Action)
Dimensi
tindakan (action) merupakan kegiatan yang dilakukan guru bila terjadi masalah
pengelolaan. Adapun hal yang bisa dijadikan
pertimbangan bagi guru atau dosen dalam melakukan tindakan adalah:
a.
Lakukan tindakan dan bukan ceramah
b.
Do not bargain
c.
Gunakan “kontrol” kerja
d.
Nyatakan peraturan dan konsekuensinya
3.
Dimensi penyembuhan
Dimensi
penyembuhan dimaksudkan untuk membina kontak sosial yang tidak jalan. Bentuk
dari situasi ini seperti: siswa melanggar sejumlah pelaturan sekolah, siswa
menolak konsekuensi, siswa menolak sama sekali aturan khusus yang sudah dibuat,
dan laian sebagainya. Adapun langkah-langkah penyembuhan yang dapat dilakukan
guru atau dosen sebagai berikut:
a.
Membuat rencana
b.
Menentukan waktu pertemuan
c.
Pemecahan masalah / kontak individual
d.
Melakukan kegiatan tindak lanjut
C.
Tujuan
Pengelolaan Kelas
Tujuan
pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplian, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta
apresiasipada siswa (Sudirman N, 1991:311).
Suharsimi
Arikunto (1988:688) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar
setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
D.
Berbagai
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas bukanlah masalah yang dapat berdiri sendidri, tetapi terkait dengan
berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait
langsung dalam hal ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain
adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara berkelompok
maaupun secara individual.lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung
dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagia
pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1. Pendekatan
Kekuasaan
Pengelolaan kelas
diartikan sebagai sustu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru diasini adalah mencipttakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
menaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2. Pendekatan
Ancaman
Pengelolaan kelas juga
sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah
laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan
dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran dan
memaksa.
3. Pendekatan
Kebebasan
Pengelolaan disrtikan
secara suatu proses untuk membentu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru dalah mengusahakan
semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan
Resep
Pendekatan ini
dilakukan dengan memberi suatu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus
dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau
situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap
apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peran guru hanyyalah mengikuti petunjuk
seperti yang tertulis dalam resep.
5. Pendekatan
Pengajaran
Pendekatan ini
didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan
akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah
itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru
dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang
kurang baik. Peran guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran
yang baik.
6. Pendekatan
Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya,
pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
anak didik. Peran guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik,
dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
7. Pendekatan
Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
Pendekatan pengelolaan
kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial didalam kelas sebagai
sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling.
Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim
atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Di sini
guru adalah kunci terhadap pembentukn hubungan pribadi itu dan peranannya
adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
8. Pendekatan
Proses Kelompok
Proses kelompok adalah usaha
guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai
pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.
Peran guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses
kelompok efektif.
9. Pendekatan
Elektis (Plurralistik)
Pengelolaan kelas yang
berusaha mengguanakan berrbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk
dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses
belajar mengajar berjalan dengan efektif dan efisien.
E.
Prinsip-prinsip
Pengelolaan Kelas
Masalah
pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan. Berbagai faktorlah yang
menyebabkan kerumitan itu. Secara umum, faktor-faktor yang mempengrauhi
pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor intern siswa dan
faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi,
pikiran dan perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khasnyya masing-masing
menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya secara individual. Perbedaan
secara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis,
intelektual dan psikologis.
Sedangkan faktor
ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan
siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa di kelas dan sebagainya. Masalh jumlah
siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semkain banyak jumlah siswa di
kelas, misalnya dua puluh dua orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi
konflik. Sebaliknya, semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih
kecil terjadi konflik.
Dalam rangka
memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip
pengelolaan kelas dapat diperguanakan. Maka penting bagi guru untuk
mengetahahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang akan
diuraikan sebagai berikut.
1) Hangat
dan Antusias
Hangat dan antusias
diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan
anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya
akan berhasil dalam mengimlementasikan pengelolaan kelas.
2) Tantangan
Penggunaan kata-kata ,
tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak
didik didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah
laku yang menyimpang. Tambah lagi, akan tambah menarik perhatian anak didik dan
dapat mengendalikan gairah belajar mereka.
3) Bervariasi
Penggunaan alat atau
media (alat bantu), gaya mengajar guru, pola interksi antara guru dan anak
didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik.
Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat.
Kevariasiaan dalam pengguanaan apa yang yang disebutkan di atas merupakan kunci
untuk tercapainya pengelolaan kels yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4) Keluwesan
Keluwesan tingkah laku
guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencgah kemungkinan munculnya
gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak
didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5) Penekanan
pada Hal-hal yang Positif
Pada dasarnya dalam
mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan
menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan
pada hal yang positif, yaitu penekanan hal yang dilakukan guru terhadap tingkah
laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negaatif.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian penguatan yang positif
dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya
proses belajar mengajar.
6) Penenaman
Disiplin Diri
Tujuan akhir dari
pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin didri sendiri.
Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin
diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladdan mengenai pengendalian
diri dan pelaksanaan tanggungjawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal
bila ingin anak didiknya ikut disiplin dalam segala hal.
F.
Komponen-komponen
Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen-komponen
keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian,
yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan
dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
1. Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal (bersifat preventif)
1) Sikap
Tanggap
Komponen ini
ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu
kegiatan mereka, tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa yang
mereka kerjakan. Seolah-olah mata guru berada dibelakang kepala, sehiingga guru
dapat menegur anak didik walaupun guru sedang menulis di papan tulis. Sikap ini
dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberi
pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan.
2) Membagi
Perhatian
Pengelolaan kelas yang
efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada kegiatan yang
berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan
cara visual dan verbal.
3) Pemusatan
Perhatian Kelompok
Guru mengambil
inisiatif dan mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan (dapat
dengan tanda-tanda) bahwa ia bekerja sama dengan kelompok atau subkelompok yang
terdiri dari tiga atau empat orang. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat guru
lakukan, yaitu memberi tanda, pertanggungan jawab, pengarahan dan petunjuk yang jelas, penghentian,
penguatan, kelancaran dan kecepatan.
2. Keterampilan
yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal
Keterampilan
yang berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gnagguan anak didik yang
berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan
kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan
gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah mengguankan tingkah laku dan
tanggapan yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepala sekolah, konselor
sekolah, atau orang tua anak didik, untuk membantu mengatasinya.
Bukanlah
kesalahan profesional guru apabila ia tidak dapat menengani setiap masalah anak
didik dalam kelas. Namun pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan
seperangkat strrategi untuk tindakan perbaikan terhadap tiingkah laku anak
didik yang terus-menerus menimbulkan gangguan dan tidak mau terlibat dalam
tugas di kelas. Strategi itu adalah modifikasi tingkah laku, pendekatan
pemecahan masalah kelompok serta menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.
§
Komponen-komponen
Pengelolaan Kelas
Untuk mendukung
terjadinya proses pembelajaran, maka unsur-unsur pengelolaan meliputi dua
tindakan yaitu:
·
Tindakan Preventif
Preventif
yaitu upaya sedini mungkin yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya
gangguan dalam pembelajaran.
o Tanggapan
(peka) yaitu kemampuan guru merespon terhadap perilaku atau aktivitas yang
dianggap akan mengganggu pembelajaran.
o Perhatian,
selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun segala
sesuatu yang muncul.
·
Tindakan Refresif
Tindakan
refresif yaitu kemampuan guru untuk mengatasi, mencari dan menemukan solusi
yang tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran.
o Modifikasi
tingkah laku, yaitu bahwa tingkah laku dapat diamati
o Pengelolaan
kelompok, yaitu untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara
kolaborasi dan mengikutsertakan berbagai komponen atau unsur yang terkait
o Diagnosis,
yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan
maupun unsur-unsur yang akan mejadi kekuatan bagi peningkatan proses
pemebelajaran
o Peran
guru, yaitu mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya, membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah
lakunya dengan tata tertib kelas, dan menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan
diri dalam tugas serta tingkah laku sesuai dengan aktivitas kelas.
G.
Beberapa
Masalah Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas bukanlah hal yang mudah dan ringan. Jangankan bagi gutu yang baru
menerjunkan diri kedalam dunia pendidikan, bagi guru yang sudah profesinaal pun
sudah merasakan betapa sukarnya mengelola kelas. Namun begitu, guru tidak
pernah merasa jenuh dan kemudian jera mengelola kalas setiap kali mengajar di
kelas.
Gagalnya seorang
guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru mengelola
kelas. Indikator dari kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak
sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu,
pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh
guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar mengajar.
Doyle (1986)
mamandang varabel masalah pengelolaan kelas dari sudut lain. Pendapatnya
terungkap dari lima kategori masalah, yaitu:
1. Berdimensi
banyak
Di kelas guru dituntut
untuk melaksanakan berbagai tugas yang meliputi tugas-tugas akademik serta
tugas penunjangnya, yaitu tugas-tugas administratif.
·
Tugas edukatif; menyusuun persiapan
mengajar lengkap dengan alat serta sumber, menyampaikan pelajaran dan
mengevaluasi.
·
Tugas administratif; meliputi kegiatan
mengabsen, mencatat data siswa, menyusun jadwal, mencatat hasil-hasil
pengejaran dan lain sebagainya.
2. Serentak
Berbagai hal yang dapat
terjadi pada waktu yang sama di kelas. Pekerjaan yang satu harus dikerjakan,
tetapi pekerjaan yang lain tidak dapat ditunda. Keduanya harus dikerjakan dalam
waktu yang hampir bersamaan, dikerjakan secara serentak. Misalnya, selama
dilaksanakan diskusi, guru tidak hanya harus
mendengarkan dan membantu mengarahkan pikiran siswa, tetapi juga harus
membantu siswa-siswa yang kurang aktif dan efektif melibatkan diri dalam
kegiatan dan mencari strategi agar diskusi dapat berjalan dengan baik.
3. Segera
Proses pengajaran yang
terjadi di kelas dapat di katakan cukup cepat. Selama satu hari belajar pada
siswa disajikan beberapa mata pelajaran. Aktu yang dijadwalkan untuk setiap
mata pelajarran paling banyak tiga penggalan waktu, tetapi rata-rata dua
penggalan waktu saja, yang masing-masing penggalang berlangsung selama tiga puluh
sampai dengan empat puluh lima menit. Dengan waktu yang dijadwalkan tersebut
guru harus membaginya sedemikian rupa hingga cukup efektif menghasilkan sesuatu
yang dikuasai oleh siswa. Interaksi antara guru dengan siswa terjadi
timbal-balik begitu cepat, sehingga menuntut guru agar dapat segera bertindak
melalui proses berfikir, menerima rangsangan dari luar, berpikir, memutuskan
dan melaksanakan tindakan. Untuk sesegera mungkin mengantisipasi permasalahan
di atas itulah terkadang menjadi masalah bagi guru.
4. Iklim
kelas yang tidak bisa diramalkan terlebih dahulu
Doyle mengatakan bahwa
iklim yang terjadi di kelas bukan semata-mata merupakan hasiil upaya guru.
Banyak faktor telah mempengaruhi terjadinya iklim di kelas, dan beberapa di
antaranya datang dengan tiba-tiba.
5. Sejarah
Doyle jugga mengatakan
bahwa peristiwa yang terjadi di kelas akan mempunyai dampak yang dirasakan
dalam waktu yang jauh sesudahnya.seperrti dikemukakan dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Emmer Everston Anderston (1980), peristiwa yang terjadi
pada awal-awal sekolah akan banyak berpengaruh pada pengelolaan kelas pada
tingkat-tingkat berikutnya. Pada pengamatan yang dilakukan terhadap kelas-kelas
tinggi diperoleh gambaran, ada kelas-kelas yang begitu mudah dikelola, tetapi sebaliknya ada yang sangat
sulit.ternyata, bahwa kelas yang mudah dikelola merupakan kelanjutan dari kelas
yang pada waktu di kelas awal ditangani dengan baik.
H.
Penataan
Ruang Kelas
Agar tercipta
suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan (penataan)
ruang kelas. Penyususnan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkann
anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak seecara leluasa untuk
membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang
perlu diperhatikan:
□
Ukuran dan bentuk kelas
□
Bentuk serta ukuran bangku dan meja
siswa
□
Jumlah siswa dalam kelas
□
Jumlah siswa dalam setiap kelompok
□
Jumlah kelompok dalam kelas
□
Komposisi siswa dalam kelompok (siswa
pandai dan kurang pandai).
(Conny
Semiawan, dkk., 1985:64)
Dalam
masalah penataan ruang kelas ini uraian akan diarahkan pada pembahasan masalah
pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataann keindahan
dan kebersihan kelas , dan ventilasi serta tata cahaya.
1. Pengaturan
Tempat Duduk
Dalam belajar sisiwa
memerlukan tempat duduk. Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila
tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar,
persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan
belajar dengan tenang. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang
bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki beberapa orang, ada
pula yang hanya dapat diduduki oleh seorang siswa. Sebaliknya tempat duduk
siswa itu ukurannya jangan terlalu besar agar mudah diubah-ubah posisinya. Ada
beberapa bentuk posisi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.
Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka posisi tempat
duduknya sebaiknya berbentuk melingkar. Jika metode yyang ditempuh dengan
metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang ke belakang. Sudirman
N (1991:318) mengemukakan beberappa contoh formasi tempat duduk, yaitu posisi
berhadapan, posisi setengah lingkarandan posisi berbaris ke belakang.
2. Pengaturan
Alat-alat Pengajaran
1) Perpustakaan
Kelas
· Sekolah
yang maju ada perpustakaann di setiap kelas
· Pengaturannya
bersama-sama siswwa
2) Alat-alat
Peraga (Media Pengajaran)
· Alat
peraga atau media pengajaran semestinya diletakkan di kelas agar memudahkan
dalam penggunaannya
· Pengaturannya
bersama-sama siswa
3) Papan
Tulis, Kapur Tulis dan Lain-lain
· Ukurannya
disesuaikan
· Warnanya
harus kontras
· Penempatannya
memperlihatkan estetika dan terjangkau oleh semua siswa.
4) Papan
Prestasi Siswa
· Ditempatkan
dibagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua siswa
· Difungsikan
sebagaimana mestinya.
3. Panataan
Keindahan dan Kebersihan Kelas
1) Hiasan
dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran,
misalnya:
□
Burung Garuda
□
Teks Proklamasi
□
Slogan Pendidikan
□
Para Pahlawan
□
Peta atau Globe
2) Penempatan
Lemari
□
Untuk buku di depan
□
Alat-alat peraga di belakang
3) Pemeliharaan
Kebersihhan
□
Siswa bergiliran untuk membersihkan
kelas
□
Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban
di kelas
4) Ventilasidan
Tata Cahaya
□
Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan
kelas
□
Sebaiknya tidak merorok
□
Pengaturan cahaya perlu diperhatikan
□
Cahaya yang masuk harus cukup
□
Masuknya dari arah kiri, jangan
berlawanan dengan bagian depan.
Ø Empat Kunci Bagi Pengaturan Ruang yang
Baik
1. Jadikan
wilayah berlalu lintas tinggi bebas dari kemacetan; Wilayah dengan lalu lintas
tinggi meliputi wilayah kerja kelompok, penajam pensil, tempat sampah, keran
air minum, beberapa rak buku tertentu dan wilayah penyimpanan, stasiun
computer, meja tulis siswa, dan meja tulis guru. Wilayah ini sebaiknya
dipisahkan dalam jarak yang luas satu sama lain, memiliki ruang yang luas, dan
mudah dicapai. Jika para siswa bekerja dengan computer atau di berbagai bagian
di ruangan selama satu mata pelajaran, pastikan bahwa mereka bisa berpindah
dengan mudah dari satu tempat ke tempat lainnya.
2. Pastikan
bahwa para siswa dapat dipantau dengan mudah oleh guru; Pemantauan terhadap
para siswa yang cermat merupakan salah satu tugaspengaturan utama. Oleh karena
itu, pastikan terdapat jarak pandang yang jelas di antara wilayah – wilayah
pembelajaran, meja tulis anda (guru), meja tulis siswa, dan seluruh wilayah
kerja siswa. Perhatikan penempatan lemari buku, lemari arsip, dan barang –
barang perabotan dan perlengkapan lainnya yang dapat menghalangi pandangan anda
(guru).
3. Jaga
material pengajaran yang sering digunakan dan perlengkapan para siswa mudah diakses;
Menjaga material untuk mudah diakses tidak hanya mengurangi waktu yang
dihabiskan untuk mempersiapkannya dan membersihkannya, itu juga membantu
menghindari pelambatan dan penundaan yang menghambat dalam proses pelajar
mengajar. Jika Anda (guru) atau siswa harus berhenti untuk menempatkan material
dan perlengkapan yang dibutuhkan, Anda (guru) berisiko kehilangan perhatian dan
keterlibatan siswa serta waktu pembelajaran dan proses belajar mengajar.
4. Pastikan
bahwa para siswa dapat dengan mudah melihat persentasi dan tampilan seisi
kelas; ketika merencanakan posisi Anda (guru)
dan para siswa dalam presentasi dan diskusi yang melibatkan seluruh
kelas, pastikan bahwa pengaturan tempat duduk akan memungkinkan para siswa
melihat OHP atau papan tulis tanpa harus memindahkan kursi mereka, memutar meja
tulis mereka, atau memiringkan leher mereka. Periksalah seberapa baik para
siswa dapat melihat dengan duduk sebentar di meja tulis di berbagai tenpat yang
berbeda di ruang.
Ruang
kelas yang dikelola secara efektif adalah ruang kelas yang berlangsung dengan
lancar, dengan sedikit sekali kebingungan dan keterhambatan, dan memaksimalkan
kesempatan pemelajaran siswa. Tidak mungkin bagi seorang guru untuk
menyelenggarakan pembelajaran, atau bagi para siswa untuk bekerja secara
produktif, jika mereka tidak memiliki panduan tentang bagaimana mereka
berperilaku, kapan dan bagaimana bergerak di sekitar ruangan, dimana harus
duduk, kapan mereka boleh dan tidak boleh mengiterupsikan guru, dan jumlah
keberisikan yang bisa diterima.
I.
Pengaturan
Siswa
Di depan telah diuraikan
mengenai pengeturan tempat duduk siswa dengan format yangg bervariasai sesuai
dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Masalah pengaturan
tempat duduk itu sebenarnya akan berhubungan dengan permasalahan siswa sebagai
individu dengan perbedaan pada aspek biologis, intelektual dan psikologis.
Abu Ahmad dan
Widodo Supriyono (1991:108) melihat siswa sebagai individu dengan segala
perbedaan dan persamaannya pada intinya berisikan ketiga aspek di atas.
Perbedaan dan persamaan yang dimaksud adalah :
§ Kecerdasan
§ Kecakapan
§ Hasil
belajar
§ Bakat
§ Sikap
§ Kebiasaan
§ Pengetahuan
(pengalaman)
§ Ciri-ciri
jasmaniah
§ Minat
§ Cita-cita
§ Kebutuhan
§ Kepribadian
§ Pola-pola
dan tempo perkembangan
§ Latar
belakang lingkungan
1. Pembentukan
Organisasi
Pembentukan organisasi
kelas merupakan langkah awal untuk melatih dan membina siswa dalam hal hal
berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggung jawab atas tugas yang
dipercayakan. Organisasi siswa dapat membantu guru dalam menyediakan sarana
pengajaran.
2. Pengelompokan
Siswa
Roestiyah N.K (1989:80)
membagi pengelompokan siswa dengan melihatnya dari segi waktu, kecepatan dan
sifattnya. Penjelasannya adalah:
Waktu : 1)
Kelompok jangka pendek
2) Kelompok jangka panjang (3 bulan)
Kecepatan :1) Kelompok
anak cepat
2) Kelompok anak
lambat
Sifatnya :1) Kelompok untuk mengatasi alat
pelajaran
2) Kelompok atas
dasar individual (inteligensi)
3) Kelompok atas
dasar individual minat
4) Kelompok untuk
memperbesar partisipasi
5) Kelompok untuk
pembagian pekarjaan
6) Kelompok untuk
belajar secara efisien
J.
Pengelolaan
Kelas yang Efektif
a. Asumsi
Tujuan
yang diniatkan dalam setiap kegiatn belajar mengajar baik yang sifatnya
instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apabila
dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta
didik.
Usaha
guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor
yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses
belajar mengajar, kedua, dikenal
masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim
belajar mengajar, ketiga, dikuasainya
berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk
masalah mana suatu pendekatan digunakan.
b. Antara
Pengelolaan Kelas dengan Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan
kelas dan pengelolaan pengajaran adalah dua kegiatan yang sangat erat
hubungannya, namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya
berbeda. Kalau pengajaran mencangkup semua kegiatan yang secarra langsung
dimaksudkan uuntuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry behavior peserta didik, menyusun
rencana pengajaran, memberi informasi,bertanya, menilai dan sebagainya). Maka
pengelolaan kelas menuunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar . dengan
perkataan lain, di dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat dibedakan
adanya dua kelompok masalah yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan
kelas. Masalah pengelolaan kelasa harus ditanggulangi dengan kegiatan korektif
pengelolaan, sedangkan masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan
korektif internasional.
c. Masalah
Pengelolaan Kelas
Masalah
pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok. Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan
empat masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan asumsi bahwa semua
tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan
untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Lois V.
Johnson dan Marry A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah kelompok dalam
pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Kelas
kurang kohesif, misalnya perbedaan jenis kelamin, suku dan tindakan
sosio-ekonomi.
b) Kelas
mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek anggota
kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suarra sumbang.
c) “membesarkan”
hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian
semangat kepada badut kelas.
d) Kelompok
cenderung mudah dialihkan perhatiannya kepada guru karena menganggap tugas yang
tengah digarap.
e) Semangat
kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas
yang diberikan kurang adil.
f) Kelas
kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, misalnya gangguan jadwal
atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.
d. Hambatan
dalam Pengelolaan Kelas
Dalam
pelaksanaan pengelolaan kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan
tersebut bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik, lingkungan keluarga
ataupun karena faktor fasilitas.
· Masalah
yang ada dalam Wewenang Guru
Masalah
yang ada dalam weenang guru meliputi cara mengatur temapt duduk peserta didik
disesuaikan dengan format belajar, membina “raport” yang kurang dengan peserta
didik, memberi pujian, memberi hadiah (barang) kepada peserta didik yang
menyelasaikan tugas dengan benar sebelum waktunya, menegur peserta didik yang
menggenggu temandisebelahnya, mendamaikan peserta didik yang bertengkar pada
jam pelajaran yang sedang berlangsung sampai kepada melaporkan pelanggaran tata
tertib oleh tata tertib yang sudah diberi teguran dan peringatan baik kepadda
wali kelas, kepada sekolah ataupun orang tua peserta didik.
· Masalah
yang ada dalam Wewenag Sekolah
Masalah-masalah
yang ada di bawah wewenang sekolah antara lain pembagian ruangan yang adil
untuk setiap tingkat atau jurusan pengaturan upacara bendera pada setiap hari
senin dan bila pada hari itu turun hujan lebat, menegur peserta didik yang
selalu terlamabt pada saat apel bendera, mengingatkan peserta didik yang tidak
mau memakai seragam sekolah, menasehati peserta didik yang rambutnya gondrong,
memberi peringatan keras kepada peserta didik yang merokok di kelas atau
sekolah dan suka minum-minuman keras, sampai kepada mendamaikan peserta didik
jika terjadi perselisih antar sekolah.
· Masalah-Masalah
ada di Luar Kekuasaan Guru Dan Sekolah
Masih
ada stu masalah yyang di luar wewnang guru bidang studi atau sekolah untuk
mengatasinya. Dalam mengatasi masalh semacam ini, yang harus terlibat adalah
orang tua, lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti karang taruan,
bahkan para penguasa atau lembaga pemerintahan setempat. Pihak-pihak ttersebut
dituntut untuk turut membina ketertiban melalui pembiasaan yang baik di rumah
pengawasan orang tua, menyediakan fasilitas rekreasi yang sehat bagi remaja dan
sebagainya. Masalah pengelolaan kalo terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang
dilakukan oleh para peserta didik pengelolaan tersebut mungkin berupa
minum-minuman keras di luar rumah, nonton film di luar batas umur yang sudah
ditentukan, bergerombol di jalan dan membuat keributan, ngebut di jalan umum,
perkelahian antar sekolah, sampai kepada hal-hal yang bisa digolongkan lagi
kepada kenakalan akan tetapi sudah masuk kejahatan seperti pencurian,
penjambretan, penodongan dan pemerasan. Masalah-masalah semacam ini benar-benar
sudah berada di luar jangkauan guru dan ssekolah untuk mengatasinya walaupun
sampai batas-batas tertentu usaha pencegahan dan penyembuhan selalu dilakukan
baik oleh guru bidang studi, wali kelas ataupun sekolah sebagi lembaga
pendidikan.
usahakan disertakan daftar pustaka
BalasHapusmakasih sudah berbagi yah kak
BalasHapusEMI