Model Pembelajaran
Tuntas
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Tuntas
Model
pembelajaran tuntas ini sudah dijadikan sebagai salah satu pembaharuan dalam
pendidikan di Indonesia sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1975 dan pada
saat perintisan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul. Pembelajaran
tuntas pada dasarnya merupakan suatu model pembelajaran yang difokuskan pada
penguasaan siswa terhadap bahan pembelajaran yang dipelajari. Melalui model
pembelajaran tuntas ini, siswa diberi peluang untuk maju sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan mereka sendiri serta dapat meningkatkan tahap
penguasaan pembelajarannya.
Konsep
pembelajaran tuntas dilandasi oleh pandangan bahwa semua atau hampir semua
siswa akan mampu mempelajari pengetahuan atau keterampilan dengan baik asal
diberikan waktu yang sesuai dengan kebutuhannya. Setiap siswa mempunyai
kemampuan dan upaya untuk menguasai sesuatu yang dipelajari. Tahap penguasaan
bergantung kepada kualitas pembelajaran yang dialaminya. Pembelajaran tuntas
merupakan suatu model pembelajaran untuk memastikan bahwa semua siswa menguasai
hasil pembelajaran yang diharapkan dalam suatu unit pembelajaran sebelum
berpindah ke unit pembelajaran berikutnya. Model ini membutuhkan waktu yang
cukup dan proses pembelajaran yang berkualitas. Coba Anda perhatikan juga
pendapat beberapa orang pakar pendidikan berikut ini.
Menurut
Bloom (1968) pembelajaran tuntas merupakan satu model pembelajaran yang
difokuskan pada penguasaan siswa dalam sesuatu hal yang dipelajari. Kemudian,
Anderson & Block (1975) berpendapat bahwa pembelajaran tuntas adalah
seperangkat gagasan dan tindakan pembelajaran secara individu yang dapat
membantu siswa untuk belajar secara konsisten. Gagasan dan tindakan ini
menghasilkan proses pembelajaran yang sistematik, membantu siswa yang
menghadapi masalah pembelajaran, serta membutuhkan waktu yang cukup bagi siswa
untuk mencapai ketuntasan berdasarkan kriteria ketuntasan yang jelas. Terdapat
tiga hal yang menjadi alasan mengapa model pembelajaran tuntas ini perlu
dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah dasar.
1. Siswa
memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan
layanan pembelajaran dan waktu yang berbeda pula.
2. Siswa
membutuhkan model pembelajaran yang sesuai dan berkesan, sehingga mereka dapat
belajar dengan senang tanpa adanya paksaan.
3. Siswa
pada dasarnya harus menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar berupa
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditawarkan dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan.
B.
Karakteristik
pembelajaran tuntas
Karakteristik
Pembelajaran Tuntas menganut pendekatan individual, artinya meskipun kegiatan
belajar ditujukan kepada sekelompok siswa (kelas), tetapi mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan individual siswa, sehingga pembelajaran memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dengan demikian, yang
menjadi dasar pemikiran dari penerapan pendekatan individual dalam pembelajaran
tuntas adalah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing
siswa.
Dalam
merealisasikan pengakuan terhadap perbedaan individual maka dalam pendekatan
pembelajaran tuntas digunakan azas maju berkelanjutan (continuous progress).
Kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa harus dinyatakan dalam rumusan
yang jelas dan pembelajaran dipecah-pecah menjadi unit-unit yang memungkinkan
siswa belajar selangkah demi selangkah dan baru diperbolehkan untuk mempelajari
kompetensi berikutnya setelah kompetensi sebelumnya dikuasai menurut kriteria
tertentu. Misalnya ditetapkan kriteria jika siswa telah menguasai kompetensi
sekurang-kurangnya 75% dari yang ditetapkan, maka siswa bisa melanjutkan untuk
mempelajari unit pelajaran/kompetensi yang lainnya. Anda diminta untuk
mengingat kembali saat Anda mengalami proses pembelajaran, baik pada saat di
SD, SMP, dan SLTA. Adakah guru pada saat itu memperhatikan perbedaan individual
para siswanya? Atau sebaliknya, guru memandang sama semua siswa yang
dididiknya, guru melayani dengan cara atau metode yang sama bagi semua siswa
dalam setiap kesempatan. Adakah pada saat itu upaya guru menggunakan kriteria
untuk menetapkan kelanjutan pelajaran?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
sebenarnya dapat menjadi dasar dalam melihat apakah proses pembelajaran yang
Anda alami tersebut sudah mengarah pada penerapan konsep pembelajaran tuntas
atau sebaliknya. Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik dari pendekatan
pembelajaran tuntas ini, Anda bisa mengkajinya dengan cara membandingkannya
dengan karakteristik pendekatan pembelajaran yang pada umumnya sudah biasa
digunakan atau yang sering disebut dengan pendekatan konvensional. Pendekatan
konvensional ini pada dasarnya sama dengan pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher-centered approach). Dalam pendekatan ini hampir seluruh kegiatan
pembelajaran dikendalikan sepenuhnya oleh guru. Kegiatan pembelajaran
berlangsung dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh
lembaga/sekolah. Metode pembelajaran yang sering digunakan kurang beragam dan
cenderung memperbanyak komunikasi satu arah (one-way communication) dengan
penggunaan metode ceramah. Dari uraian di atas, Anda dapat melihat perbedaan
yang sangat menonjol dari kedua pendekatan tersebut yaitu bahwa pendekatan
konvensional kurang memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan siswa
secara individual, sedangkan pendekatan pembelajaran tuntas menganut azas-azas
ketuntasan belajar.
C.
Ciri-ciri
Model Pembelajaran Tuntas
Ciri-ciri cara belajar
mengajar dengan prinsip belajar tuntas antara lain adalah :
1. Pengajaran
didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Jadi baik cara belajar mengajar maupun alat evaluasi yang digunakan untuk
mengatur keberhasilan siswa harus berhubungan erat dengan tujuan-tujuan
pendidikan yang akan dicapai.
2. Memperhatikan
perbedaan individu
Yang dimaksud dengan perbedaan individu adalah
perbedaan siswa dalam menerima rangsangan dari luar dan dari dalam dirinya
serta laju belajarnya. Dalam hal ini pengembangan proses belajar mengajar
hendaknya dapat disesuaikan dengan sensitivitas indra siswa.
3. Evaluasi
dilakukan secara kontinu dan didasarkan atas kriteria
Evaluasi dilakukan secara kontinu (continuous
evaluation) ini diperlukan agar guru dapat menerima umpan balik yang
cepat/segera, sering dan sistematis. Evaluasi berdasarkan kriteria mengenal dua
macam bentuk yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Test formatif adalah tes yang digunakan selama siswa
mempelajari bahan pelajaran untuk menguasai tujuan intruksional yang telah
ditentukan. Menurut Michael Scriven, evaluasi formatif mempunyai dua tujuan :
a.
Untuk menemukan sampai seberapa jauh
siswa telah menguasai bahan pelajaran.
b.
Untuk melakukan penilaian cara mengajar
yang direncanakan dan yang diterapkan itu telah cukup baik atau masih
memerlukan perbaikan.
4. Menggunakan
program perbaikan dan program pengayaan
Program perbaikan dan program pengayaan adalah
sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinu dan berdasarkan kriteria
serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar siswa dan
administrasi sekolah. program perbaikan ditunjukan kepada mereka yang belum menguasai
tujuan intruksional tertentu, sedangkan program pengayaan diberikan kepada
mereka yang telah menguasai unit pelajaran yang diberikan.
5. Menggunakan
prinsip siswa belajar aktif
Cara belajar mengajar demikian mendorong siswa untuk
bertanya bila mengalami kesulitan mencari buku-buku atau sumber-sumber lain
untuk memecahkan persoaln-persoalan yang dihadapinya.
6. Menggunakan
satuan pelajaran yang kecil.
Cara belajar mengajar dengan menggunakan prinsip
belajar tuntas menuntut pembagian bahan pengajaran menjadi unit yang
kecil-kecil. Pembagian unit pelajaran menjadi bagian-bagian kecil ini sangat
diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik secara mungkin.
D.
Prinsip-prinsip
Model Pembelajaran Tuntas
a.
Kompetensi yang harus dicapai peserta
didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis.
b.
Evaluasi yang digunakan adalah penilaian
acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback.
c.
Pemberian pembelajaran remedial serta
bimbingan yang diperlukan.
d.
Pemberian program pengayaan bagi peserta
didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. (Gentile & Lalley: 2003)
E.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Tuntas
Langkah-langkah yang
harus diambil guru untuk melaksanakan belajar tuntas mencakup:
1.
Memecah-mecah mata pelajaran ke dalam
sejumlah unit belajar yang lebih kecil (misalnya pengajaran dua mingguan),
menetapkan tujuan pembelajaran untuk setiap unit belajar, dan mengurutkan
unitunit belajar tersebut berdasarkan tingkat kesulitannya (diawali dengan yang
paling mudah).
2.
Memberikan pretest untuk unit pelajaran
yang akan disajikan. 3. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar kecil.
3.
Siswa mempelajari unit pelajaran pertama
dalam kelompok belajarnya masing-masing.
4.
Melaksanakan tutorial individual bagi
siswa yang berkesulitan.
5.
Melaksanakan tes formatif pada akhir
setiap unit pelajaran.
6.
Memberikan materi penghubung tambahan
(supplementary instructional connectives) untuk membantu siswa mengatasi
kesulitan belajar pada unit itu sebelum pembelajaran kelompok dilanjutkan ke
unit pelajaran berikutnya.
7.
Memberikan pengayaan kepada siswa yang
telah mencapai penguasaan penuh untuk unit pelajaran ini.
8.
Memberikan tes sumatif untuk mengecek
ketuntasan belajar siswa bagi seluruh mata pelajaran.
9.
Jika pada hasil tes sumatif tersebut
siswa tidak menunjukkan ketuntasan, maka guru menggunakan strategi-strategi
korektif hingga ketuntasan dicapai.
Instrumen
yang harus dipersiapkan guru meliputi:
1. Sejumlah
satuan acuan pembelajaran (unit pelajaran) yang berisikan materi pokok
pembelajaran dan tujuan khusus pembelajaran untuk setiap unit pelajaran.
2. Tes
formatif untuk masing-masing unit pelajaran.
3. Instrumen
korektif/pengayaan untuk setiap unit.
4. Materi
penghubung tambahan (supplementary instructional connectives) antar-unit.
5. Tes
sumatif.
F.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Tuntas
Setiap
pendekatan pembelajaran sudah tentu tidak akan lepas dari kelebihan dan
kekurangan yang dimilikinya. Setelah mengkaji beberapa hal yang berkaitan
dengan pendekatan pembelajaran tuntas di atas, tiba saatnya kita menganalisis
kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran tuntas. Apabila Anda
telah membaca dan memahami berbagai uraian dan penjelasan sebagaimana telah
dikemukakan di atas, nampaknya Anda sendiri sudah bisa menangkap apa yang
menjadi kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran tuntas ini.
Kelebihan pendekatan
pembelajaran tuntas:
1. Pendekatan
ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada
prinsip perbedaan individual.
2. Memungkinkan
siswa belajar lebih aktif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan proses menemukan dan bekerja
sendiri.
3. Guru
dan siswa dapat bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik dalam
proses belajar maupun proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
4. Berorientasi
kepada peningkatan produktivitas hasil belajar karena siswa dapat menguasai
bahan pelajaran secara tuntas, menyeluruh, dan utuh.
5. Pendekatan
ini pada hakekatnya tidak mengenal siswa yang gagal belajar atau tidak naik
kelas. Siswa yang hasil belajarnya kurang memuaskan atau masih di bawah target
hasil yang diharapkan, terus menerus dibantu oleh rekannya dan gurunya.
6. Penilaian
yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas
yang tinggi sebab penilaian dilakukan oleh guru, rekan sekelas dan oleh diri
sendiri, dan berlangsung secara berlanjut serta berdasarkan ukuran keberhasilan
(standar perilaku) yang jelas dan spesifik.
7. Didasarkan
pada suatu perencanaan yang sistemik yang memiliki derajat koherensi yang
tinggi dengan kurikulum yang berlaku.
8. Menyediakan
waktu belajar yang cukup sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masing-masing
individu siswa sehingga memungkinkan mereka belajar secara lebih leluasa.
9. Berusaha
mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pendekatan pembelajaran konvensional
yang pada umumnya berdasarkan pendekatan klasikal.
Beberapa
kekurangan atau kelemahan dari pembelajaran tuntas, antara lain:
1. Guru
sering mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan mengajar karena harus
dibuat untuk jangka waktu yang cukup panjang di samping penyusunan perencanaan
mengajar yang lengkap dan menyeluruh.
2. Pendekatan
pembelajaran tuntas ini dalam pelaksanaannya harus melibatkan berbagai
kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan guru yang memadai.
3. Guru-guru
yang sudah terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan cara-cara yang lama
(konvensional) biasanya akan mengalami hambatan untuk melaksanakan pendekatan
pembelajaran tuntas ini.
4. Pendekatan
ini mempersyaratkan tersedianya berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana,
dan waktu yang cukup banyak, sedangkan sekolah-sekolah kita pada umumnya masih
langka dalam segi sumber-sumber teknis seperti yang diharapkan.
5. Diberlakukannya
sistem ujian seperti EBTA, EBTANAS, UAN/UN yang menuntut penyelenggaraan
program pembelajaran pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan para
siswa untuk menempuh ujian, mungkin menjadi salah satu unsur penghambat
pelaksanaan pembelajaran tuntas yang diharapkan.
6. Untuk
melaksanakan pendekatan ini yang mengacu kepada penguasaan materi belajar secara
tuntas pada gilirannya menuntut para guru agar mengusai materi tersebut secara
lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Hal ini menuntut para guru agar
belajar lebih banyak dan menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.
G.
Penerapan
Pembelajaran Tuntas Di Sekolah Dasar
1. Tujuan
Penerapan Pembelajaran Tuntas di SD
Tujuan ideal dari
penerapan pembelajaran tuntas di SD yaitu agar bahan yang dipelajari dapat
dikuasai sepenuhnya oleh seluruh siswa. Penerapan konsep pembelajaran tuntas
dalam pembelajaran di SD dapat mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam
belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan
serta perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan.
2. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Pembelajaran Tuntas di SD
Penerapan pembelajaran
tuntas dalam proses pembelajaran dilandasi oleh pandangan bahwa pada dasarnya
semua siswa memiliki kesanggupan untuk menguasai bahan pelajaran yang diajarkan
secara tuntas dengan syarat-syarat tertentu. Menurut S. Nasution (2000),
terdapat lima faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar, yaitu:
a.
Bakat untuk mempelajari sesuatu
b.
Mutu pengajaran
c.
Kesanggupan untuk memahami pengajaran
d.
Ketekunan
e.
Dan waktu yang tersedia untuk belajar
3. Kemampuan
Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Tuntas
a.
Kemampuan merencanakan pembelajaran
Makna
dari perencanaan program pembelajaran dalam konteks pembelajaran tuntas yaitu
membuat perkiraan atau proyeksi mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa
selama proses pembelajaran itu berlangsung. Secara terinci di dalam perencanaan
tersebut harus dapat dijelaskan pertanyaanpertanyaan: kemana siswa akan
dibawa/diarahkan?, apa yang harus dipelajari siswa?, bagaimana cara siswa
mempelajarinya?, dan bagaimana mengetahui pencapaian tujuan/kompetensi oleh
siswa?. Pertanyaan pertama berkaitan dengan tujuan atau kompetensi yang harus
dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, pertanyaan kedua
berkaitan dengan bahan ajar atau materi pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa, pertanyaan ketiga berkaitan dengan strategi/metode yang digunakan dalam
pembelajaran, dan pertanyaan keempat berkaitan dengan evaluasi/penilaian hasil
belajar.
b.
Kemampuan melaksanakan pembelajaran
Dalam
pelaksanaan pendekatan pembelajaran tuntas, guru juga harus mampu: (a)
memberikan koreksi kepada para siswa yang ternyata belum mencapai penguasaan
tuntas terhadap suatu bahan yang dipelajarinya, (b) memberikan bahan pengayaan
kepada para siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dengan maksud agar
siswa tersebut terus meningkatkan kemampuannya, (c) menggunakan strategi dan
metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang
akan dicapai dan mengarah kepada pembelajaran yang berkualitas, (d)
melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan perbedaan individual
masing-masing siswa, (e) memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk
mempelajari bahan pelajaran sampai mencapai target ketuntasan belajar, (f)
memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar
agar dapat menyamakan kemampuan dengan siswa lainnya.
c.
Kemampuan dalam melaksanakan penilaian
pembelajaran
Dalam pendekatan
pembelajaran tuntas, untuk lebih meningkatkan mutu belajar siswa, maka
penilaian oleh guru perlu ditunjang juga dengan cara mengadakan pengamatan
(observasi) yang terus menerus terhadap perubahan dan kemajuan belajar yang
dicapai masing-masing siswa. Di samping guru harus mampu mengembangkan alat
penilaian berdasarkan standar perilaku dan kriteria keberhasilan tertentu, juga
harus mampu mengembangkan penilaian diagnostik kemampuan belajar untuk
menemukan kesulitan yang dihadapi siswa. Hasil penilaian diagnostik ini dapat
dijadikan dasar dalam pemberian bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan
tersebut.
d.
Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang
seluas-luasnya
Guru yang profesional mutlak harus
menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkannya. Terdapat hubungan positif
antara penguasaan bahan oleh guru dengan hasil belajar yang dicapai siswa,
artinya semakin tinggi penguasaan bahan pelajaran oleh guru semakin tinggi pula
hasil belajar yang dicapai siswa. Banyak penelitian yang menunjang pendapat
tersebut. Selain itu perlu juga diperhatikan, bahwa para siswa dewasa ini makin
banyak menerima informasi atau pengetahuan dari luar guru/sekolah, seperti dari
bahan-bahan tercetak dan media elektronik. Hal ini menuntut kemampuan guru
dalam menguasai bahan pelajaran penunjang, guru harus memiliki pengetahuan umum
yang luas. Dalam konteks pembelajaran tuntas, kemampuan guru dalam menguasai
bahan pelajaran ini akan lebih mempermudah memberikan bantuan belajar serta
memperkaya wawasan para siswa.
Referensi:
lengkap infonya yah kak makasih yah
BalasHapusEMI