Senin, 04 Januari 2016

Model Pembelajaran Tuntas

Model Pembelajaran Tuntas


A.           Pengertian Model Pembelajaran Tuntas
Model pembelajaran tuntas ini sudah dijadikan sebagai salah satu pembaharuan dalam pendidikan di Indonesia sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1975 dan pada saat perintisan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul. Pembelajaran tuntas pada dasarnya merupakan suatu model pembelajaran yang difokuskan pada penguasaan siswa terhadap bahan pembelajaran yang dipelajari. Melalui model pembelajaran tuntas ini, siswa diberi peluang untuk maju sesuai dengan kemampuan dan kecepatan mereka sendiri serta dapat meningkatkan tahap penguasaan pembelajarannya.
Konsep pembelajaran tuntas dilandasi oleh pandangan bahwa semua atau hampir semua siswa akan mampu mempelajari pengetahuan atau keterampilan dengan baik asal diberikan waktu yang sesuai dengan kebutuhannya. Setiap siswa mempunyai kemampuan dan upaya untuk menguasai sesuatu yang dipelajari. Tahap penguasaan bergantung kepada kualitas pembelajaran yang dialaminya. Pembelajaran tuntas merupakan suatu model pembelajaran untuk memastikan bahwa semua siswa menguasai hasil pembelajaran yang diharapkan dalam suatu unit pembelajaran sebelum berpindah ke unit pembelajaran berikutnya. Model ini membutuhkan waktu yang cukup dan proses pembelajaran yang berkualitas. Coba Anda perhatikan juga pendapat beberapa orang pakar pendidikan berikut ini.
Menurut Bloom (1968) pembelajaran tuntas merupakan satu model pembelajaran yang difokuskan pada penguasaan siswa dalam sesuatu hal yang dipelajari. Kemudian, Anderson & Block (1975) berpendapat bahwa pembelajaran tuntas adalah seperangkat gagasan dan tindakan pembelajaran secara individu yang dapat membantu siswa untuk belajar secara konsisten. Gagasan dan tindakan ini menghasilkan proses pembelajaran yang sistematik, membantu siswa yang menghadapi masalah pembelajaran, serta membutuhkan waktu yang cukup bagi siswa untuk mencapai ketuntasan berdasarkan kriteria ketuntasan yang jelas. Terdapat tiga hal yang menjadi alasan mengapa model pembelajaran tuntas ini perlu dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah dasar.
1.      Siswa memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan layanan pembelajaran dan waktu yang berbeda pula.
2.      Siswa membutuhkan model pembelajaran yang sesuai dan berkesan, sehingga mereka dapat belajar dengan senang tanpa adanya paksaan.
3.      Siswa pada dasarnya harus menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditawarkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.

B.            Karakteristik pembelajaran tuntas
Karakteristik Pembelajaran Tuntas menganut pendekatan individual, artinya meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok siswa (kelas), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan individual siswa, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dengan demikian, yang menjadi dasar pemikiran dari penerapan pendekatan individual dalam pembelajaran tuntas adalah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa.
Dalam merealisasikan pengakuan terhadap perbedaan individual maka dalam pendekatan pembelajaran tuntas digunakan azas maju berkelanjutan (continuous progress). Kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa harus dinyatakan dalam rumusan yang jelas dan pembelajaran dipecah-pecah menjadi unit-unit yang memungkinkan siswa belajar selangkah demi selangkah dan baru diperbolehkan untuk mempelajari kompetensi berikutnya setelah kompetensi sebelumnya dikuasai menurut kriteria tertentu. Misalnya ditetapkan kriteria jika siswa telah menguasai kompetensi sekurang-kurangnya 75% dari yang ditetapkan, maka siswa bisa melanjutkan untuk mempelajari unit pelajaran/kompetensi yang lainnya. Anda diminta untuk mengingat kembali saat Anda mengalami proses pembelajaran, baik pada saat di SD, SMP, dan SLTA. Adakah guru pada saat itu memperhatikan perbedaan individual para siswanya? Atau sebaliknya, guru memandang sama semua siswa yang dididiknya, guru melayani dengan cara atau metode yang sama bagi semua siswa dalam setiap kesempatan. Adakah pada saat itu upaya guru menggunakan kriteria untuk menetapkan kelanjutan pelajaran?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya dapat menjadi dasar dalam melihat apakah proses pembelajaran yang Anda alami tersebut sudah mengarah pada penerapan konsep pembelajaran tuntas atau sebaliknya. Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik dari pendekatan pembelajaran tuntas ini, Anda bisa mengkajinya dengan cara membandingkannya dengan karakteristik pendekatan pembelajaran yang pada umumnya sudah biasa digunakan atau yang sering disebut dengan pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional ini pada dasarnya sama dengan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approach). Dalam pendekatan ini hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan sepenuhnya oleh guru. Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh lembaga/sekolah. Metode pembelajaran yang sering digunakan kurang beragam dan cenderung memperbanyak komunikasi satu arah (one-way communication) dengan penggunaan metode ceramah. Dari uraian di atas, Anda dapat melihat perbedaan yang sangat menonjol dari kedua pendekatan tersebut yaitu bahwa pendekatan konvensional kurang memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan siswa secara individual, sedangkan pendekatan pembelajaran tuntas menganut azas-azas ketuntasan belajar.

C.           Ciri-ciri Model Pembelajaran Tuntas
Ciri-ciri cara belajar mengajar dengan prinsip belajar tuntas antara lain adalah :
1.      Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Jadi baik cara belajar mengajar maupun alat evaluasi yang digunakan untuk mengatur keberhasilan siswa harus berhubungan erat dengan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai.
2.      Memperhatikan perbedaan individu
Yang dimaksud dengan perbedaan individu adalah perbedaan siswa dalam menerima rangsangan dari luar dan dari dalam dirinya serta laju belajarnya. Dalam hal ini pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dapat disesuaikan dengan sensitivitas indra siswa.
3.      Evaluasi dilakukan secara kontinu dan didasarkan atas kriteria
Evaluasi dilakukan secara kontinu (continuous evaluation) ini diperlukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat/segera, sering dan sistematis. Evaluasi berdasarkan kriteria mengenal dua macam bentuk yaitu evaluasi formatif  dan evaluasi sumatif. Test formatif adalah tes yang digunakan selama siswa mempelajari bahan pelajaran untuk menguasai tujuan intruksional yang telah ditentukan. Menurut Michael Scriven, evaluasi formatif mempunyai dua tujuan :
a.         Untuk menemukan sampai seberapa jauh siswa telah menguasai bahan  pelajaran.
b.         Untuk melakukan penilaian cara mengajar yang direncanakan dan yang diterapkan itu telah cukup baik atau masih memerlukan perbaikan.

4.      Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan
Program perbaikan dan program pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah. program perbaikan ditunjukan kepada mereka yang belum menguasai tujuan intruksional tertentu, sedangkan program pengayaan diberikan kepada mereka yang telah menguasai unit pelajaran yang diberikan.
5.      Menggunakan prinsip siswa belajar aktif
Cara belajar mengajar demikian mendorong siswa untuk bertanya bila mengalami kesulitan mencari buku-buku atau sumber-sumber lain untuk memecahkan persoaln-persoalan yang dihadapinya.
6.      Menggunakan satuan pelajaran yang kecil.
Cara belajar mengajar dengan menggunakan prinsip belajar tuntas menuntut pembagian bahan pengajaran menjadi unit yang kecil-kecil. Pembagian unit pelajaran menjadi bagian-bagian kecil ini sangat diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik secara mungkin.

D.           Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Tuntas
a.         Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis.
b.        Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback.
c.         Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan.
d.        Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. (Gentile & Lalley: 2003)

E.            Langkah-langkah Model Pembelajaran Tuntas
Langkah-langkah yang harus diambil guru untuk melaksanakan belajar tuntas mencakup:
1.        Memecah-mecah mata pelajaran ke dalam sejumlah unit belajar yang lebih kecil (misalnya pengajaran dua mingguan), menetapkan tujuan pembelajaran untuk setiap unit belajar, dan mengurutkan unitunit belajar tersebut berdasarkan tingkat kesulitannya (diawali dengan yang paling mudah).
2.        Memberikan pretest untuk unit pelajaran yang akan disajikan. 3. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar kecil.
3.        Siswa mempelajari unit pelajaran pertama dalam kelompok belajarnya masing-masing.
4.        Melaksanakan tutorial individual bagi siswa yang berkesulitan.
5.        Melaksanakan tes formatif pada akhir setiap unit pelajaran.
6.        Memberikan materi penghubung tambahan (supplementary instructional connectives) untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar pada unit itu sebelum pembelajaran kelompok dilanjutkan ke unit pelajaran berikutnya.
7.        Memberikan pengayaan kepada siswa yang telah mencapai penguasaan penuh untuk unit pelajaran ini.
8.        Memberikan tes sumatif untuk mengecek ketuntasan belajar siswa bagi seluruh mata pelajaran.
9.        Jika pada hasil tes sumatif tersebut siswa tidak menunjukkan ketuntasan, maka guru menggunakan strategi-strategi korektif hingga ketuntasan dicapai.
Instrumen yang harus dipersiapkan guru meliputi:
1.      Sejumlah satuan acuan pembelajaran (unit pelajaran) yang berisikan materi pokok pembelajaran dan tujuan khusus pembelajaran untuk setiap unit pelajaran.
2.      Tes formatif untuk masing-masing unit pelajaran.
3.      Instrumen korektif/pengayaan untuk setiap unit.
4.      Materi penghubung tambahan (supplementary instructional connectives) antar-unit.
5.      Tes sumatif.

F.            Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tuntas
Setiap pendekatan pembelajaran sudah tentu tidak akan lepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Setelah mengkaji beberapa hal yang berkaitan dengan pendekatan pembelajaran tuntas di atas, tiba saatnya kita menganalisis kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran tuntas. Apabila Anda telah membaca dan memahami berbagai uraian dan penjelasan sebagaimana telah dikemukakan di atas, nampaknya Anda sendiri sudah bisa menangkap apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran tuntas ini.
Kelebihan pendekatan pembelajaran tuntas:
1.      Pendekatan ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual.
2.      Memungkinkan siswa belajar lebih aktif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan proses menemukan dan bekerja sendiri.
3.      Guru dan siswa dapat bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
4.      Berorientasi kepada peningkatan produktivitas hasil belajar karena siswa dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas, menyeluruh, dan utuh.
5.      Pendekatan ini pada hakekatnya tidak mengenal siswa yang gagal belajar atau tidak naik kelas. Siswa yang hasil belajarnya kurang memuaskan atau masih di bawah target hasil yang diharapkan, terus menerus dibantu oleh rekannya dan gurunya.
6.      Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas yang tinggi sebab penilaian dilakukan oleh guru, rekan sekelas dan oleh diri sendiri, dan berlangsung secara berlanjut serta berdasarkan ukuran keberhasilan (standar perilaku) yang jelas dan spesifik.
7.      Didasarkan pada suatu perencanaan yang sistemik yang memiliki derajat koherensi yang tinggi dengan kurikulum yang berlaku.
8.      Menyediakan waktu belajar yang cukup sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masing-masing individu siswa sehingga memungkinkan mereka belajar secara lebih leluasa.
9.      Berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pendekatan pembelajaran konvensional yang pada umumnya berdasarkan pendekatan klasikal.
Beberapa kekurangan atau kelemahan dari pembelajaran tuntas, antara lain:
1.      Guru sering mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan mengajar karena harus dibuat untuk jangka waktu yang cukup panjang di samping penyusunan perencanaan mengajar yang lengkap dan menyeluruh.
2.      Pendekatan pembelajaran tuntas ini dalam pelaksanaannya harus melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan guru yang memadai.
3.      Guru-guru yang sudah terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan cara-cara yang lama (konvensional) biasanya akan mengalami hambatan untuk melaksanakan pendekatan pembelajaran tuntas ini.
4.      Pendekatan ini mempersyaratkan tersedianya berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana, dan waktu yang cukup banyak, sedangkan sekolah-sekolah kita pada umumnya masih langka dalam segi sumber-sumber teknis seperti yang diharapkan.
5.      Diberlakukannya sistem ujian seperti EBTA, EBTANAS, UAN/UN yang menuntut penyelenggaraan program pembelajaran pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan para siswa untuk menempuh ujian, mungkin menjadi salah satu unsur penghambat pelaksanaan pembelajaran tuntas yang diharapkan.
6.      Untuk melaksanakan pendekatan ini yang mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas pada gilirannya menuntut para guru agar mengusai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Hal ini menuntut para guru agar belajar lebih banyak dan menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.

G.           Penerapan Pembelajaran Tuntas Di Sekolah Dasar
1.      Tujuan Penerapan Pembelajaran Tuntas di SD
Tujuan ideal dari penerapan pembelajaran tuntas di SD yaitu agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh seluruh siswa. Penerapan konsep pembelajaran tuntas dalam pembelajaran di SD dapat mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan serta perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan.
2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Pembelajaran Tuntas di SD
Penerapan pembelajaran tuntas dalam proses pembelajaran dilandasi oleh pandangan bahwa pada dasarnya semua siswa memiliki kesanggupan untuk menguasai bahan pelajaran yang diajarkan secara tuntas dengan syarat-syarat tertentu. Menurut S. Nasution (2000), terdapat lima faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar, yaitu:
a.         Bakat untuk mempelajari sesuatu
b.         Mutu pengajaran
c.         Kesanggupan untuk memahami pengajaran
d.        Ketekunan
e.         Dan waktu yang tersedia untuk belajar

3.      Kemampuan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Tuntas
a.         Kemampuan merencanakan pembelajaran
Makna dari perencanaan program pembelajaran dalam konteks pembelajaran tuntas yaitu membuat perkiraan atau proyeksi mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran itu berlangsung. Secara terinci di dalam perencanaan tersebut harus dapat dijelaskan pertanyaanpertanyaan: kemana siswa akan dibawa/diarahkan?, apa yang harus dipelajari siswa?, bagaimana cara siswa mempelajarinya?, dan bagaimana mengetahui pencapaian tujuan/kompetensi oleh siswa?. Pertanyaan pertama berkaitan dengan tujuan atau kompetensi yang harus dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, pertanyaan kedua berkaitan dengan bahan ajar atau materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, pertanyaan ketiga berkaitan dengan strategi/metode yang digunakan dalam pembelajaran, dan pertanyaan keempat berkaitan dengan evaluasi/penilaian hasil belajar.
b.         Kemampuan melaksanakan pembelajaran
Dalam pelaksanaan pendekatan pembelajaran tuntas, guru juga harus mampu: (a) memberikan koreksi kepada para siswa yang ternyata belum mencapai penguasaan tuntas terhadap suatu bahan yang dipelajarinya, (b) memberikan bahan pengayaan kepada para siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dengan maksud agar siswa tersebut terus meningkatkan kemampuannya, (c) menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dan mengarah kepada pembelajaran yang berkualitas, (d) melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan perbedaan individual masing-masing siswa, (e) memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mempelajari bahan pelajaran sampai mencapai target ketuntasan belajar, (f) memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar agar dapat menyamakan kemampuan dengan siswa lainnya.
c.         Kemampuan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran
Dalam pendekatan pembelajaran tuntas, untuk lebih meningkatkan mutu belajar siswa, maka penilaian oleh guru perlu ditunjang juga dengan cara mengadakan pengamatan (observasi) yang terus menerus terhadap perubahan dan kemajuan belajar yang dicapai masing-masing siswa. Di samping guru harus mampu mengembangkan alat penilaian berdasarkan standar perilaku dan kriteria keberhasilan tertentu, juga harus mampu mengembangkan penilaian diagnostik kemampuan belajar untuk menemukan kesulitan yang dihadapi siswa. Hasil penilaian diagnostik ini dapat dijadikan dasar dalam pemberian bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan tersebut.
d.        Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang seluas-luasnya

Guru yang profesional mutlak harus menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkannya. Terdapat hubungan positif antara penguasaan bahan oleh guru dengan hasil belajar yang dicapai siswa, artinya semakin tinggi penguasaan bahan pelajaran oleh guru semakin tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa. Banyak penelitian yang menunjang pendapat tersebut. Selain itu perlu juga diperhatikan, bahwa para siswa dewasa ini makin banyak menerima informasi atau pengetahuan dari luar guru/sekolah, seperti dari bahan-bahan tercetak dan media elektronik. Hal ini menuntut kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran penunjang, guru harus memiliki pengetahuan umum yang luas. Dalam konteks pembelajaran tuntas, kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran ini akan lebih mempermudah memberikan bantuan belajar serta memperkaya wawasan para siswa.

Referensi:

1 komentar: