Kamis, 18 Desember 2014

Sejarah Kampung Kresek

Sejarah Kampung Kresek

Kresek adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Indonesia. Kecamatan ini dilalui oleh jalan Tol Jakarta Merak, tepatnya di Deasa Koper.



Sejarah Penamaan Kampung Kresek
Dari bermacam sumber ada tiga riwayat lisan yang menjadi sejarah penamaan Daerah kresek. Yang pertama: bahwa Kresek adalah nama orang, hal ini di kaitkan dengan nama seseorang yang dikubur di Gili Duhur, belakang Kantor kecamatan Kresek yang di kenal dengan nama  Ki buyut Kresek. Yang kedua: Kresek adalah nama pohon yang diberi nama dengan nama pohon Kresek, dahulu kala ada pohon kresek yang begitu besar di Kresek. Yang ketiga: Kresek adalah nama alat untuk mewadahi sesuatu karena dulu banyak para ulama dan bangsawan yang mengasingkan diri ke daerah kresek ketika terajdi kekacauan politik di kraton surasowan Banten.

Letak geografis
Secara geografis, Kecamatan Kresek berada di ujung barat sebelah utara dari Kabupaten Tangerang. Wilayahnya berbatasan dengan kecamatan Sukamulya di sebelah timur, Gunung Kaler (pemekaran kecamatan Kresek) sebelah Utara. Sedangkan sungai Cidurian di sebelah barat menjadi batas antara Kresek dan kecamatan Binuang yang masuk wilayah Serang.

Bahasa yang Digunakan
Masyarakat Kresek khususnya ibu Kota kecamatan kresek, yakni Desa Kresek, dan sekitarnya menggunakan bahasa Jawa-Banten dalam keseharian. Bahasa Jawa-Banten ini berkembang selain karena letaknya dengan ibu kota kesultanan Banten pada zaman dahulu yang begitu dekat, juga karena memang sebagian masyarakat Kresek adalah keturunan bangsawan kraton Surasowan Banten.

Asal-Usul Masyarakat Kresek
Masyarakat Kresek diperkirakan telah menjadi suatu komunitas  penduduk tetap pada awal permulaan berdirinya kesultanan Banten, sama dengan daerah Banten utara lainnya seperti: Tirtayasa, Pontang, Tanara, Kronjo dan Mauk. Paling tidak beberapa tahun setelah daerah-daerah tersebut. Hal yang demikian itu bila jika benar bahwa Pangeran Jaga Lautan bin Maulana hasanuddin tinggal dan menetap di sekitar kawasan Pulo cangkir seperti letak makamnya saat ini.
Ada juga yang mengatakan bahwa walau makam P. jaga lautan terletak di pulo Cangkir tetapi rumah kediamannya terdapat di cakung bersama dengan anaknya yaitu Raden kenyep yang merupakan Bapak moyang dari masyarakat Kresek. Jika ini benar, maka masyarakat Kresek lebih tua dari daerah sekitarnya.
Raden Kenyep mempunyai anak yaitu: Ciliwulung, Ciliwangsa, Ciliglebeg, Cilimede, Cilibadrin, Cilimandira, Cilibayun, Cilikored, Cilijohar, dan Cilibred. Dari sekian anak-anak Raden kenyep, hanya keturunan Syekh Ciliwulung yang dicatat rapih oleh para keturunannya. Syekh ciliwulung inilah yang menurunkan keturunan yang sekarang sebagian besar tinggal di Kresek dan sekitarnya.
Syekh Ciliwulung mempunyai anak yaitu Syekh Cinding, syekh Sauddin, syekh syuaib dan Ratu Fatimah. Kemudian Ratu Fatimah menikah dengan cucu sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Qadir yang bernama Raden Mahmud bin Pangeran Soleh pada masa pemerintahan sultan Maulana Manshur Abunnashar Abdul Kohar (1683-1687)  atau yang dikenal dengan sultan Haji.
Dari pernikahan ini mempunyai putra bernama Raden Hasan Bashri yang kemudian menjadi ulama besar yang tinggal di Cakung (kurang lebih satu kilometer dari Kresek) dikenal dengan nama syekh Hasan Bashri. Kuburannya sekarang ramai di ziarahi orang.
Syekh Hasan Bashri mempunyai empat orang anak yaitu Syekh Ibrohim di Cakung, syekh hasan Mustofa di palembang, dan nyai Ratu syarifah di tirtayasa.
Syekh Ibrohim mempunyai anak Syekh Abdullah yang dikenal dengan nama Ki Bulus. Syekh Abdullah menikahkan anaknya yang bernama Syekh Alim dengan Nyai Ratu hadisah cicit Sultan maulana Mansur. Ayah nyai ratu hadisah adalah Raden Nururrohim bin Pangeran Abdul Muid bin sultan Maulana Mansur Abunnashar Abdul Kohar.
Syekh Alim adalah seorang ulama besar yang mempunyai pesantren di daerah Kresek. Ia mempunyai anak Syekh Bendo atau syekh Murtadho, nyai Ratu Antimah, Nyai ratu Darwinah dan nyai ratu Aminah.
Dari Syekh Alim inilah banyak menurunkan para ulama yang sekarang ada di Kresek dan sekitarnya. Selain dari keturunan Syekh ciliwulung dan syekh Hasan Bashri, masyarakat Kresek juga terbentuk dari dibukanya perkampungan-perkampungan baru oleh Sultan agung tirtayasa.
Sultan Agung Tirtayasa Membangun Kampung-Kampung di Tanara-Kresek pada tahun 1659. Sultan Agung Tirtayasa berencana membangun terusan dari sungai cidurian ke sungai cisadane. Sungai Cidurian adalah sungai yang melewati Jayanti, Kresek, Gunung kaler dan Tanara. Akhirnya proyek ini dimulai pada tanggal 27 April 1663. Terusan ini menghubungkan sungai cidurian ke sungai Pasilian, yang juga dinamakan Cimanceuri, melewati Balaraja sepanjang enam kilometer.
Pada tanggal 9 September 1663, sultan Agung Tirtayasa berangkat ke Tanara melalui laut dengan 150 kapal dan mengangkut limaribu orang laki-laki. Selain membuat terusan, sultan Agung juga membuat lahan persawahan baru yang membentang disekitar terusan. Dalam pembangunan itu sultan Agung membuat pesanggrahan untuk tetap tinggal di lokasi selama pembangunan. Diberitakan dalam tulisan berbahasa belanda dengan judul“La politique vivriere de Sultan Ageng’  yang pertama kali diterbitkan oleh majalah Archipel  pada tahun 1995, bahwa rumah sultan itu berada di ‘pegunungan’ Tanara. Atau tempat yang agak tinggi struktur tanahnya di sekitar Tanara. Diperkirakan lokasi tempat rumah itu di  Gunung Kaler, pertengahan antara Tanara-Kresek.
Persawahan yang dibangun sultan Agung itu membentang datar dari mulai Sawah luhur sampai Pontang, dari Pontang sampai Lempuyang, dari Lempuyang  sampai Tersaba, dari Tersaba sampai Carenang, dari Carenang sampai Cikande, dari Tanara sampai Kresek, dari Kresek sampai Balaraja, dari Balaraja sampai Mauk, dari Mauk kembali sampai Kronjo. Di lokasi persawahan itu, Sultan Agung membuat desa-desa baru sebagai komunitas penduduk ‘Jawa-Banten’. Perpindahan penduduk dari ibu Kota Surosowan itu tidak hanya terbatas di daerah yang disebutkan di atas, Sultan juga membuat desa-desa baru di sepanjang sungai cisadane-Tangerang. Berbeda dengan daerah sebelumnya, penduduk baru ini diwajibkan menanam kelapa di sepanjang perbatasan dengan Batavia. Hal ini selain untuk kepentingan pangan, juga sebagai tantangan kepada musuh bebuyutan sultan agung yaitu pemerintah VOC di Batavia akan keseriusan Sultan Agung dalam sikapnya menentang segala macam monopoli yang dijalankan VOC.
VOC menganggap kampung-kampung baru yang di buat Sultan Agung ini sebagai politik kelas tinggi dari seorang raja yang cerdik. Bukan hanya mengakibatkan Banten menjadi Negara yang mandiri secara pangan, tapi juga membuat Kraton Surasowan tidak bisa di serang secara langsung oleh musuh, karena sebelum sampai ke kraton musuh harus berhadapan dengan penduduk-penduduk ‘Jawa’ yang setia kepada sultan. Dalam sensus tahun 1659 penduduk ‘Jawa’ di ibu kota Kota Surasowan  berjumlah 100.000,- orang. Sedangkan yang berada di pemukiman baru sekitar 30.000,- orang.


Referensi:







Rabu, 17 Desember 2014

Pemikiran Ronggo Warsito

Pemikiran Ronggo Warsito

Menurut Ronggowarsito, ada tiga macam pembagian zaman. Yakni zaman edan atau Kalatidhaya itu ditandai dengan adanya pola pikir yang salah. Hal ini diungkapkan dalam Serat Kalatidha sebagai berikut:

Amenangi jaman edan/ewuh aya ing pambudi/melu edan nora tahan/yen tan melu anglakoni/boya kaduman melik/kaliren wekasanipun/dilalah karsa Allah/begja-begjane kang lali/luwih begja kang eling lawan waspada.

Artinya:
Mengalami zaman gila, serba sulit dalam pemikiran, ikut menggila tidak tahan, kalau tidak ikut (menggila), tidak (akan) mendapat bagian, akhirnya (mungkin) kelaparan, (tetapi) takdir kehendak Allah, sebahagia-bahagianya (orang) yang lupa, (masih) bahagia yang sadar dan waspada.

Kemudian akan diiukuti oleh Zaman Kalabendu yaitu moralitas semakin merosot disebabkan oleh pola pikir yang salah. Hal ini terdapat dalam Serat Sabda Jati sebagai berikut:

Para janma jaman pakewuh, kasudranira andadi,
daurune saya ndarung,
keh tyas mirong murang margi,
kasetyan wus ora katon.

Artinya:
Orang-orang dalam zaman pakewuh (edan), kerendahan budinya makin menjadi-jadi, kekacauan bertambah, banyak orang berhati sesat (buruk), melanggar peraturan yang benar, kesetiaan sudah tiada terlihat.

Yen kang uning marang sajatining kawruh,
kewuhan sajroning ati yen tan niru ora arus,
uripe kaesi-esi,
yen nirua dadi asor.

Artinya:
Bagi orang yang tahu akan kebenaran, dalam hati terasa ewuh (bingung), apabila tidak turut berbuat sesat, hidupnya akan menjadi merana, kalau ikut menjadi rendah budi pekertinya.

Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung,
anggelar sakalir-kalir,
kalamun temen tinemu,
kabegjane anekani,
kemurahaning Hyang Manon.

Artinya:
Tindakan seperti itu, berarti tak percaya akan kemurahan dan kekuasaan Tuhan, yang menciptakan segala-galanya. Apabila memohon dengan bersungguh hati, pasti mendapat anugerah dari kemurahan Tuhan.

Anuhoni kabeh kang duwe panyuwun,
yen temen-temen sayekti,
Allah aparing pitulung,
nora kurang sandhang bukti,
saciptanira kalakon.

Artinya:
Tuhan mengabulkan semua permohonan, apabila disertai kesungguhan, Allah pasti memberi pertolongan, tidak akan kekurangan makan serta pakaian. Segala yang diingini akan terlaksana.

Lalu kemudian akan muncul Zaman Kalasuba atau zaman keemasan. Datangnya masa keemasan sebagai akhir kalabendu, terdapat dalam Serat Jakalodhang, sebagai berikut:

Sangkalane maksih nunggal jamanipun,
neng sajroning madya akir,
Wiku sapta ngesthi ratu,
ngadil pari marmeng dasih,
ing kono karsaning Manon.

Artinya:
Ciri waktu pada zaman itu, yakni pada pertengahan, dengan ciri tahun; wiku sapta ngesthi ratu. Itulah masa keadilan dan kemakmuran yang merata, demikian kehendak Tuhan.

Tinemune wong ngantuk anemu kethuk,
malenuk samargi-margi,
marmane bungah kang nemu,
marga jroning kethuk isi,
kancana sosotya abyor.
  
Artinya:
Waktu itu orang yang sedang mengantuk, sambil duduk saja mendapat kethuk (menemukan benda). Kethuk itu terdapat di sepanjang jalan-jalan. Orang yang mendapat riang-gembira, lantaran di dalamnya berisi emas permata yang bergemerlapan.



Referensi:
http://padepokan-gebangtinatar.blogspot.com/2013/01/mengenal-pemikiran-rng-ronggowarsito_7327.html

Pohon Kelapa Sederhana tetapi Mempunyai Banyak Makna



Pohon Kelapa Sederhana tetapi Mempunyai Banyak Makna


Pohon kelapa bukan hanya sekedar tumbuhan biasa tetapi ia merupakan tumbuhan yang paling banyak memberikan manfaat kepada manusia.
Ketika pohon kelapa telah berdiri tegak dan tumbuh dewasa, kerimbunan dari daunnya mampu mengurangi teriknya sinar matahari serta memberikan semilir angin yang sejuk untuk dinikmati oleh orang yang berada disekitarnya. Begitupun dengan manusia, ketika manusia telah beranjak dewasa sudah seharusnya dia memberikan rasa nyaman akan kedewasaannya itu. Dapat menjadi tempat tumpuan dan selalu berusaha untuk memberikan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya.
Daun yang rindang dapat digunakan sebagai kerajinan atau bahan dasar pembuatan ketupat bahkan daunnya juga bisa dijadikan sebuah atap rumah. Selain itu daunnya yang masih muda dapat dimanfaatkan sebagai janur kuning untuk upacara pernikahan dan daunnya yang sudah kering kerontang pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak. Tulang daunnya atau yang biasa disebut dengan lidi juga dapat dimanfaatkan sebagai sapu.
Buah kelapa adalah bagian paling banyak berguna bagi manusia. Daging buah muda berwarna putih dan lunak biasa disajikan sebagai es kelapa muda atau es degan. Sementara buah yang setengah tua atau yang sudah tua dapat diolah menjadi bahan masakan. Daging buahnya yang sudah tua menghasilkan banyak santan yang digunakan sebagai bahan berbagai masakan, sebagai bahan dasar pembuatan nata de coco, dapat di olah menjadi minyak kelapa yang baik untuk kecantikan rambut.
Sabutnya yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi jok kursi, keset, serta media tanam bagi anggrek. Tempurung atau batoknya dipakai sebagai bahan bakar, pengganti gayung, wadah minuman, dan bahan baku berbagai bentuk kerajinan tangan.
Batangnya yang kokoh dan besar dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti tiang rumah, berbagai kerajinan dan bisa dijadikan kayu bakar. Akarnya juga dapat di gunakan sebagai bahan pengganti  tanah untuk menanam berbagai tanaman lainnya, sebagai bahan pembuatan sapu, kerajinan unik, dan lain-lain.
Maka hidup lah seperti pohon kelapa, yang mana setiap bagian pada pohon itu berguna bagi banyak orang. Pohon kelapa benar-benar mengajarkan kepada kita bahwa hidup itu harus berguna untuk siapa saja, apapun yang kita miliki di dunia ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membahagiakan diri sendiri dan orang lain.
Pohon kelapa mampu hidup dalam semua kadaan, baik keadaan kemarau maupun penghujan ia tetap tumbuh seperti biasanya. Begitupun dengan manusia harus bisa hidup baik dalam keadaan susah maupun senang, manusia seharusnya bisa menjalani hidup seperti biasanya. Ketika dalam keaadaan susah kita tidak boleh merasa putus asa, kita harus tetap tegar dan beruasaha untuk mencapai bahagia. Seperti halnya pohon kelapa ketika dalam kondisi kemarau atau kering ia tetap tumbuh kokoh.
Hidup dengan berpegang pada filosofi pohon kelapa dapat membantu kita menjalani kehidupan yang sejahtera, makmur, dan nyaman. Mampu beradaptasi terhadap segala macam kondisi, tegar dan bersemangat menjalani hidup dan suka membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah. Kehidupan seperti itu mampu mengantarkan kita menuju manusia yang indah seperti indahnya Pohon-pohon kelapa yang menghiasi pantai negri ini. Namun tidak kalah pentingnya untuk tetap bersyukur kepada Tuhan yang menciptakan kita dan telah memberi kita keindahan tubuh dan alam semesta ini.


Referensi
http://thefilosofi.blogspot.com/2014/06/makna-filosofi-pohon-kelapa-inspirasi.html
           



Selasa, 16 Desember 2014

Filsafat Pendidikan (Realisme)

Filsafat Pendidikan (Realisme)

A.      ONTOLOGI
Realisme adalah reaksi terhadap keabstrakan dan ”kedunia-lainan” dari filsafat idealisme. Titik tolak utama realisme adalah bahwa objek-objek dari indera muncul dalam bentuk apa adanya ( Knight, 2007:81). Realisme adalah suatu aliran filsafat yang luas yang meliputi materialisme disatu sisi dan sikap yang lebih dekat kepada idealisme objektif di pihak lain. Realisme adalah pandangan bahwa objek-objek indera adalah riil dan berada sendiri tanpa bersandar kepada pengetahuan lain atau kesadaran akal. Diketahuinya atau menjadi objek pengalaman, tidak akan mempengaruhi watak sesuatu benda atau mengubahnya. Benda-benda ada dan kita mungkin sadar dan kemudian tidak sadar akan adanya benda-benda tersebut, tetapi hal itu tidak mengubah watak benda-benda tersebut. Benda-benda atau bojek memang mungkin memiliki hubungan dengan kesadaran, namun benda-benda atau objek tersebut tidak diciptakan atau diubah oleh kenyataan bahwa ia diketahui oleh subjek ( Titus, 1984:335-336 ).
Aliran Realisme dalam filsafat bersanding dekat dengan aliran Idealisme meski dalam posisi yang dikotomik. Dalam pengertian filsafat, realisme berarti anggapan bahwa objek indera kita adalah real: benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannnya dengan pikiran kita ( Titus, 1984:328 ). Realisme menegaskan bahwa sikap common sense yang diterima orang secara luas adalah benar, artinya bahwa bidang alam atau objek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman kita tidak mengubah fakta benda yang kita rasakan.
Realisme dalam filsafat terdiri dari beberapa jenis, mulai dari personal realisme, realisme Platonik atau konseptual atau klasik Asumsi yang dipakai adalah bahwa yang riil itu bersifat permanen dan tidak berubah sehingga ide atau universal adalah lebih riil daripada yang individual. Selain itu muncul pula jenis realisme yang lebih menarik yang diwakili oleh Aristoteles menurutnya dunia yang riil adalah dunia yang dirasakan sekarang, dan bentuk serta materi tak dapat dipisahkan. Realitas justru terdapat dalam benda-benda kongkrit atau dalam perkembangan benda-benda itu ( Titus, 1984:331).
Dalam filsafat pendidikan Realisme mendefinisikan dirinya sebagai aliran filsafat pendidikan dengan basis dasar 3 kategori metafisika dan epistemologi bahwa dunia luar berdiri tanpa tergantung keberadaan kita, realitas dapat diketahui melalui pikiran manusia. (Ornstein, 1985:191).

B.       EPISTEMOLOGI
Aliran realisme menyatakan bahwa pengetahuan seseorang diperoleh lewat sensasi dan abstraksi. Sensasi dalam hal ini adalah digunakannya panca indera manusia untuk menemukan pengetahuan bagi dirinya. Melalui panca inderanya maka manusia dapat menangkap berbagai macam objek riil di luar dirinya dan kemudian dilanjutkan dengan proses abstraksi, yaitu proses pengambilan kesan-kesan umum sehingga kesan ini kemudian disimpan dalam kesadaran seseorang.
Epistemologi Realis ini berbeda dengan epistemologi Idealis yang mengatakanbahwa mengetahui berarti memikirkan kembali gagasan-gagasan yang sudah dimiliki dan tersembunyi sehingga pengetahuan manusia bersifat apriori. Realisme justru menyatakan bahwa pengetahuan manusia lebih banyak bersifat a posteriori, karena pengetahuan diperoleh dari perjumpaan sumber dengan objek. Dari pertemuan antara subjek dan objek yang diamati itulah lahir pengetahun mengenai objek yang dimaksud.
Dalam membangun ilmu pengetahuan, realisme memberikan teori dengan metode induksi empiris. Gagasan utama dari realisme dalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa pengetahuan didapatkan dari dual hal, yaitu observasi dan pengembangan pemikiran baru dari observasi yang dilakukan. Tradisi realisme mengakui bahwa entitas yang bersifat abstrak dapat menjadi nyata (realitas) dengan bantuan symbol-simbol linguistik dan kesadaran manusia. Gagasan ini sejajar dengan filsafat modern dari pendekatan pengetahuan versi Kantianism fenonomologi sampai pendekatan structural.
Realisme melihat adanya hubungan dealektik antara realitas subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak namun di pihak lain ada realitas lain yang berada di luar dirinya sebagai sesuatu yangt dijadikan objek pengetahuan. Sebuah pengetahuan baru dapat dikatakan benar apabila ada kesesuaian dengan dunia faktual, dapat diamati, dan bersifat substantif. Aliran ini menekankan, bahwa sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan secara nyata memang ada.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, pertama yaitu; subjek sebagai realitas yang menyadari dan mengetahui di satu sisi, dan yang kedua yaitu; realitas yang berada di luar diri manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan di sisi lain. Bertolak belakang dari pandangan idealisme yang menyatakan bahwa pikiran manusia dimuati oleh kategori-kategorinya, seperti substansialitas dan kausalitas tentang data indrawi, maka realisme berkeyakinan, bahwa dunia yang kita terima bukanlah sebuah dunia yang kita ciptakan kembali secara mental, tetapi merupakan sebuah dunia yang apa adanya. Substansialitas, kausalitas, dan bentuk-bentuk alam adalah merupakan segi-segi dari benda-benda itu sendiri, bukanlah semacam proyeksi dan pikiran.
Bagi kelompok realisme, ide atau proposisi adalah benar ketika eksistensinya berhubungan dengan segi-segi dunia. Sebuah hipotesis tentang dunia tidak dapat dikatakan benar semata-mata karena ia koheren dengan pengetahuan. Jika pengetahuan baru itu berhubungan dengan yang lama, maka hal itu hanyalah lantaran “yang lama” itu memang banar, yaitu disebabkan pengetahuan lama koresponden dengan apa yang terjadi pada kasus itu. Jadi koherasi tidak melahirkan kebenaran.
Realisme berkeyakinan bahwa pengetahuan selalu dihasilkan dari proses pengamatan, pemikiran, dan kesimpulan dari kemampuan manusia sebagai subjek dalam menyerap dunia objek. Dengan demikian pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang koresponden dengan dunia sebagaimana adanya. Dalam perjalanan waktu, ras manusia telah menempatkan sejumlah pengetahuan yang kebenarannya telah dikonfirmasi secara berulang-ulang. Pendekatan Realisme pada Pengetahuan, Ada beberapa pendekatan realisme pada pengetahuan, yakni; 
a.       Menurut Teori Asosiasinisme
Pikiran atau ide-ide (teori ini dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke) serta isi jiwa terbentuk dari asosiasi unsur-unsur yang berupa kesan-kesan yang berasal dari pengamatan. Kesan-kesan tersebut juga disebut tanggapan yang dapat diumpamakan sebagai atom-atom dari jiwa.
b.      Menurut Teori Behaviorisme
Behaviorisme beranggapan bahwa tingkah laku sebagai istilah dasar yang menunjuk pada hidup mental, sebab manusia sebagai suatu organisme adalah totalitas mekanisme biologis. Dengan demikian untuk mengetahui atau memahami sikap hidup mental seseorang maka kita harus memahami organisme.
c.       Menurut Teori Koneksionisme
Koneksionisme mempunyai konsep-konsep yang bersifat meningkatkan pandangan dari behaviorisme, karena dikatakan bahwa manusia dalam hidupnya selalu membentuk tata jawaban (pattern of respons) dengan jalan memperkuat atau memperlemah hubungan antara (conecctions between) stimulus dan respons. Sehingga terjadi gabungan-gabungan hubungan stimulus dan respon yang akhirnya menunjukkan kualitas tinggi-rendah atau kuat-lemah dan disamping itu ada dua tipe epistemologi realisme, yaitu;
a.       Neorealisme
Neorealisme secara psikologis lebih erat dengan behaviorisme. Baginya pengetahuan diterima ditangkap langsung oleh pikiran dunia realita. Oleh karena itu neorasionslisme menafsirkan badan sebagai respon khusus yang berasal dari luar dengan sedikit atau tanpa adanya proses intelek.
b.      Critical Realisme
Aliran ini menyatakan bahwa media antara intelek dengan realitas adalah seberkas penginderaan dan pengamatan.

C.       AKSIOLOGI
       Aspek aksiologis banyak berkaitan dengan bidang nilai. Pertanyaan-pertanyaan dasarnya adalah apakah nilai itu bersifat absolut ataukah justru bersifat relatif ? Masalah nilai menjadi sangat penting dalam konteks filsafat pendidikan. Dalam pendidikan tidak hanya berbicara mengenai proses transfer pengetahuan, melainkan juga menyangkut penanaman nilai. Dalam kaitan dengan nilai, pandangan Realisme menyatakan bahwa nilai bersifat absolut, abadi namun tetap mengikuti hukum alam yang berlaku.
       Melalui konsep nilainya tersebut kelompok realis juga menyatakan bahwa mata pelajaran yang dilaksanakn disekolah pada intinya adalah untuk menerangkan realitas objektif dunia, sehingga studi-studi disekolah lebih banyak didasarkan pada kajian-kajian ilmu kealaman atau sains. Hal ini banyak dimaklumi mengingat bahwa melalui sains lah realitas itu tergelar secara objektif dan menantang manusia untuk memahaminya (Orsnstein , 1985:192).
Teori Nilai Menurut Realisme
       Menurut realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bisa dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut. Teori lain yang muncul dari realisme disebut determinismetis. Dikatakan bahwa semua yang ada dalam alam ini, termasuk manusia, mempunyai hubungan hingga merupakan rantai sebab akibat.
      
D. REFERENSI
file:///D:/ALIRAN%20FILSAFAT%20PENDIDIKAN%20PROGRESIVISME%20%20.htm
e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/civis/article/download/377/332



Senin, 08 Desember 2014

Konsep Pendidikan dan Implikasinya untuk Mencapai Keberhasilan Pendidikan Secara Realisme

Konsep Pendidikan dan Implikasinya untuk Mencapai Keberhasilan Pendidikan Secara Realisme


            Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi di luar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Segala yang di amati oleh panca indera kita adalah suatu kebenaran. Objek indera kita adalah real, yaitu benda-benda ada, dan adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan, atau ada hubungannya dengan fikiran kita. Yang real, berarti yang aktual atau yang ada. Kata tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yaang sungguh-sungguh. Artinya, yang bukan sekedar khayalan atau apa yang ada dalam fikiran kita. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real, atau yang ada.
Konsep pendidikan menurut realisme natural, pengetahuan yang diakui adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empiris dengan jalan observasi atau pengamatan indera. Para pengikut realisme natural mengikuti teori pengatahuan empirisme yang mengatakan pengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan dan merupakan sumber pengetahuan manusia. Namun disamping itu menurut Imanuel Kant ,  pengetahuan mulai dari pengalaman namun tidak semuanya dari pengalaman, dan pengalaman tidak hanya sekadar warna, suara, bau yang diterima alat indera, melainkan hal-hal tersebut diatur dan disusun menjadi suatu bentuk yang terorganisasi oleh pikiran kita.
Menurut Henderson bahwa: yang pertama proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita menjadi hebat, yang kedua tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan umum; yakni pendidikan harus dapat mencetak anak-anak bangsa sebagai generasi muda yang memiliki karakter yang adil dan bijaksana sehingga dapat menciptakan kesejahteraan pada semua orang, yang ketiga yaitu tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah pendidikan. Adapun masalah-masalah pendidikan yang terjadi di indonesia adalah kualitas guru yang masih rendah dan kurang professional dalam mengajar peserta didik karena masih banyak guru yang kemampuan dan pengetahuannya masih kurang dan masih banyak guru yang kurang profesional dalam mengajar atau menyampaikan bahan ajaran kepada siswa sehingga dalam proses belajar berlangsung masih banyak siswa yang tidak paham terhadap apa yang disampaikan oleh guru dan bahkan siswa tidak tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga ketika guru sedang berbicara didepan siswa tidak memperhatikan dengan keseluruhan antara fisik dan jiwanya (fisik atau tubuhnya mengikuti proses pembelajaran namun jiwa dan pikirannya kemana-mana tidak ada bersama tubuhnya yang sedang belajar), kualitas kurikulum yang belum standar/sering adanya perubahan kurikulum, sering adanya perubahan kurikulum pendidikan akan membuat proses belajar mengajar terganggu karena fokus pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan berganti mengikuti adanya kurikulum yang baru dan konsep pembelajarannyapun kadang harus berubah sehingga membuat siswa dan guru agak kerepotan karena harus mengubah konsep belajar yang lama ke konsep belajar yang baru, kualitas infrastruktur yang belum memadai dari dulu hingga sekarang menjadi masalah, infrastruktur pendidikan masih menjadi hantu bagi pendidikan di Indonesia hal ini dikarenakan masih banyaknya sekolah-sekolah yang belum menerima bantuan untuk perbaikan sedangkan proses perbaikan dan pembangunan sekolah yang rusak atau tidak layak dilakukan secara besar-besaran namun dana tidak mencukupi sehingga proses pembangunan tidak kunjung selesai dan malah terbengkalai karena hambatan dari dana yang tidak ada, sedangkan ada juga beberapa sekolah yang sudah menerima dana untuk pembangunan dari pemerintah namun tidak digunakan semestinya, dan masih banyak masalah-masalah pendidikan lainnya yang terjadi di Indonesia.
Maka dari itu kegiatan pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban untuk duduk dibangku pendidikan atau merasakan dunia pendidikan. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah seperti TK dan SD, setiap anak akan menerima jenis pendidikan yang sama tidak ada perbedaan walaupun berbeda tempatnya. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam diseluruh jenjang pendidikan. Namun disamping itu, setiap manusia memiliki berbedaan dari segi minat atau bakat, dan kemampuan seperti kemampuan intelektual yang menjadi syarat untuk mencapai suatu tingkat pendidikan tertentu yang di inginkannya, serta kemampuan dari segi ekonomi.  . Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi seperti Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun tingkat Perguruan Tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Dan di Indonesia sendiri sudah bagus karena jenis pendidikannya sudah beraneka ragam mulai dari tingkat sekolah menengah atas sampai perguruan tinggi. Namun kualitasnya masih rendah dan belum dapat mencetak anak-anak bangsa menjadi manusia yang sesuai dengan harapan. Karena yang kita lihat anak-anak zaman sekarang prilaku dan moralnya sangat bobrok padahal disekolah maupun di perguruan tinggi diajarkan tentang moral dan berperilaku sebagai manusia yang berpendidikan. Mengapa bisa demikian ? karena pengajaran moralnya hanya sebatas teori saja tetapi tidak diimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan kurangnya perhatian dari orang tua.
Inisiatif dan kreativitas dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Maka dari itu pendidik harus mempunyai keterampilan dalam mengajar dan profesionalitas selain itu materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang baik dan benar sehingga dapat diterima dengan baik pula oleh peserta didik dan peserta didikpun dapat mengimplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik saja. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat bagi pendidik itu sendiri maupun bagi peserta didik.
Disamping itu  dalam pandangan realisme kemampuan dasar dalam proses kependidikan yang di alami lebih ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris ( pengalaman) pada hakikatnya yang membentuk manusia. Pandangan realita terhadap tugas pengembangan kepribadian manusia adalah dipikul orang tua dan para guru pada tiap periode berlangsung, yaitu anak didik harus semakin bertambah kegiatan belajarnya dan mempunyai semangat yang tinggi terhadap belajar untuk dapat menghayati kehidupan dari kelompoknya (masyarakatnya) serta mau meneriama tanggung jawab yang wajar dalam kaitannya dengan kehidupan tersebut.  Kaum realis menyatakan kebudayaan adalah tugas besar pertama dalam pendidikan karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa yang tidak boleh dilupakan dan merupakan suatu kebanggan bagi suatu bangsa. Tujuan utama dan hasil dalam pedidikan sangat dirasakan oleh orang tua dan guru yang juga bertanggung jawab pada tiap periode yang berjalan, bahwa anak harus bertambah kegiatan belajarnya dan mempunyai semangat yang tinggi terhadap belajar untuk dapat menghayati kehidupan kelompoknya  (masyarakatnya) serta menerima tanggung jawab secara wajar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di dunia ini.
Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat  dengan pandangan John locke bahwa akan pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu pendidikan  dipandang dibutuhkan  karena untuk membentuk  setiap individu agar  mereka menjadi sesuai  dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap indentikkan sebagai upaya pelaksanaan psikologi behavioristik kedalam ruang pengajaran. (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143).


Referensi / Daftar Fustaka