Pemikiran Ronggo Warsito
Menurut
Ronggowarsito, ada tiga macam pembagian zaman. Yakni zaman
edan atau Kalatidhaya itu ditandai dengan adanya pola pikir yang
salah. Hal ini diungkapkan dalam Serat Kalatidha sebagai berikut:
Amenangi
jaman edan/ewuh aya ing pambudi/melu edan nora tahan/yen tan melu
anglakoni/boya kaduman melik/kaliren wekasanipun/dilalah karsa
Allah/begja-begjane kang lali/luwih begja kang eling lawan waspada.
Artinya:
Mengalami zaman gila,
serba sulit dalam pemikiran, ikut menggila tidak tahan, kalau tidak ikut
(menggila), tidak (akan) mendapat bagian, akhirnya (mungkin) kelaparan,
(tetapi) takdir kehendak Allah, sebahagia-bahagianya (orang) yang lupa, (masih)
bahagia yang sadar dan waspada.
Kemudian akan diiukuti
oleh Zaman Kalabendu yaitu moralitas semakin merosot disebabkan oleh
pola pikir yang salah. Hal ini terdapat dalam Serat Sabda
Jati sebagai berikut:
Para janma jaman
pakewuh, kasudranira andadi,
daurune saya ndarung,
keh tyas mirong murang
margi,
kasetyan wus ora katon.
Artinya:
Orang-orang dalam
zaman pakewuh (edan), kerendahan budinya makin menjadi-jadi,
kekacauan bertambah, banyak orang berhati sesat (buruk), melanggar peraturan
yang benar, kesetiaan sudah tiada terlihat.
Yen kang uning marang
sajatining kawruh,
kewuhan sajroning ati
yen tan niru ora arus,
uripe kaesi-esi,
yen nirua dadi asor.
Artinya:
Bagi orang yang tahu
akan kebenaran, dalam hati terasa ewuh (bingung), apabila tidak turut berbuat
sesat, hidupnya akan menjadi merana, kalau ikut menjadi rendah budi pekertinya.
Nora ngandel marang
gaibing Hyang Agung,
anggelar sakalir-kalir,
kalamun temen tinemu,
kabegjane anekani,
kemurahaning Hyang
Manon.
Artinya:
Tindakan seperti itu,
berarti tak percaya akan kemurahan dan kekuasaan Tuhan, yang menciptakan segala-galanya.
Apabila memohon dengan bersungguh hati, pasti mendapat anugerah dari kemurahan
Tuhan.
Anuhoni kabeh kang duwe
panyuwun,
yen temen-temen sayekti,
Allah aparing pitulung,
nora kurang sandhang
bukti,
saciptanira kalakon.
Artinya:
Tuhan mengabulkan semua
permohonan, apabila disertai kesungguhan, Allah pasti memberi pertolongan,
tidak akan kekurangan makan serta pakaian. Segala yang diingini akan
terlaksana.
Lalu kemudian akan
muncul Zaman Kalasuba atau zaman keemasan. Datangnya masa keemasan
sebagai akhir kalabendu, terdapat dalam Serat Jakalodhang, sebagai
berikut:
Sangkalane maksih
nunggal jamanipun,
neng sajroning madya
akir,
Wiku sapta ngesthi ratu,
ngadil pari marmeng
dasih,
ing kono karsaning
Manon.
Artinya:
Ciri waktu pada zaman
itu, yakni pada pertengahan, dengan ciri tahun; wiku sapta ngesthi ratu. Itulah
masa keadilan dan kemakmuran yang merata, demikian kehendak Tuhan.
Tinemune wong ngantuk
anemu kethuk,
malenuk samargi-margi,
marmane bungah kang
nemu,
marga jroning kethuk
isi,
kancana sosotya abyor.
Artinya:
Waktu itu orang yang
sedang mengantuk, sambil duduk saja mendapat kethuk (menemukan benda). Kethuk
itu terdapat di sepanjang jalan-jalan. Orang yang mendapat riang-gembira,
lantaran di dalamnya berisi emas permata yang bergemerlapan.
Referensi:
http://padepokan-gebangtinatar.blogspot.com/2013/01/mengenal-pemikiran-rng-ronggowarsito_7327.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar