KRITERIA PEMILIHAN MEDIA
PEMBELAJARAN
A. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media
Beberapa penyebab orang memilih media antara lain
adalah:
1.
Untuk mendemonstrasikan seperti halnya
pada kuliah tentang media.
2.
Merasa sudah akrab dengan media tersebut,
misalnya seorang guru yang sudah terbiasa menggunakan proyektor transparansi.
3.
Ingin memberi gambaran atau penjelasan
yang lebih konkret.
4.
Merasa bahwa media dapat berbuat lebih
dari yang dilakukannya, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar siswa.
Jadi, dasar pertimbangan untuk memilih
suatu media sangatlah sederhana yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai
tujuan yang akan diinginkan atau tidak. Mc. Connel (Sadiman, 1984:84)
mengatakan bila media itu sesuai pakailah, “If The Medium Fits, Use It!”.
Hal yang menjadi pertanyaan di sini
adalah apa ukuran atau kriteria kesukaan tersebut. Jawaban atas pertanyaan ini
tidaklah semudah pertanyaan. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan, misalnya
tujuan kontruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis
rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak, dan seterusnya),
keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luas jangkauan yang ingin
dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam
keputusan pemilihan.
Pertanyaan-pertanyaan praktis yang dapat diajukan
dalam rangka pembelian media adalah sebagai berikut:
1.
Apakah media yang bersangkutan relevan
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
2.
Apakah ada sumber informasi, katalog,
dan sebagainya mengenai media yang bersangkutan?
3.
Apakah perlu dibentuk tim untuk mereviu
yang terdiri dari para calon pemakai?
4.
Apakah ada media di pasaran yang telah
divalidasikan?
5.
Apakah media yang bersangkutan boleh
direviu terlebih dahulu?
6.
Apakah tersedia format reviu yang sudah
dibakukan?
B. Kriteria Pemilihan
Profesor Ely di Fakultas Pascasarjana IKIP Malang
tahun 1982 (Sadiman, 1984:85) mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak
terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem
intruksional secara keseluruhan. Karena
itu, meskipun tujuan dari isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti
karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar,
alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu
dipertimbangkan. Sebagai pendekatan praktis, beliau menyarankannnya untuk
mempertimbangkan media apa saja yang ada, berapa harganya, berapa lama
diperlukan untuk mendapatkannya, dan format apa yang memenuhi selera pemakai
(misalnya siswa dan guru).
Dalam
hubungan ini Dick dan Carey tahun 1987 (Sadiman, 1984:86) menyebutkan bahwa
disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada
empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media. Pertama,
ketersediaan sumber setempat artinya bila media yang bersangkutan tidak
terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua,
apakah untuk membeli atau memproduksikan sendiri tersebut ada dana, tenaga dan
fasilitasnya. Ketiga, faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan
ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama artinya media bisa
digunakan dimana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan pun
serta mudah dijinjing dan dipindahkan.
Faktor
yang terakhir adalah efektivitas biayanya dalam jangka waktu ynag panjang. Ada
sejenis media yang biaya produksinya mahal (seperti program film bangkai).
Namun bila dilihat kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-ulang untuk
jangka waktu yang panjang program film bingkai mungkin lebih murah dari media
yang biaya produksinya murah (misalnya brosur) tetapi setiap waktu materinya
berganti. Hakikat dari pemilihan media pada akhirnya adalah keputusan untuk
memakai, tidak memakai, atau mengadaptasi media yang bersangkutan.
Selain itu, kriteria-kriteria yang
menjadi fokus dalam pemilihan media dalam Munadi (........:188), antara lain
karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, karakteristik medianya
itu sendiri, dan sifat pemanfaatan media.
1.
Karakteristik
Siswa
Karakteristik
siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa
sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih cita-citanya. Setidaknya ada tiga hal berkaitan dengan
karakteristik siswa, yaitu:
a.
Karakteristik atau keadaan yang
berkenaan dengan kemampuan awal (prerequisite
skills), yakni kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kemampuan ini merupakan hasil dari berbagai pengalaman
masing-masing siswa.
b.
Karakteristik yang berhubungan dengan
latar belakang, lingkungan hidup, dan status sosial (sociocultural).
c.
Karakteristik yang berkenaan dengan
perbedaan-perbedaan kepribadian, menurut Winkel (1989:84) meliputi 1) fungsi
kognitif mencakup taraf integensia dan daya kreativitas, bakat khusus,
organisasi kognitif, taraf kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar,
teknik-teknik belajar; 2) fungsi konatif-dinamik mencakup karakter hasrat
berkendak, motivasi belajar, perhatian konsentrasi; 3) fungsi afektif
mencangkup temperamen, perasaan, sikap, minat; 4) fungsi sensori-motorik; 5)
dan beberapa hal ynag lainnya yang menyangkut kepribadian siswa seperti
individualitas biologis, kondisi mental, vitalisasi psikis, dan perkembangan
kepribadian.
Pengetahuan
mengenai karakteristik siswa ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi
belajar-mengajar. Terutama bagi guru, informasi mengenai karakteristik siswa
senantiasa akan sanagat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola
pengajaran yang lebih baik, yang dapat menjamin kemudahan mengorganisasikan
materi pelajaran sedemikian rupa, memilih dan menentukan metode dan media yang
lebih tepat, sehingga akan terjadi proses interaksi dari masing-masing komponen
belajar-mengajar secara optimal. Hal ini jelas menantang guru untuk selalu
kreatif dalam rangka menciptakan kegiatan yang bervariasi, agar masing-masing
individu siswa dapat berpatisipasi secara maksimal dalam proses
pembelajarannya.
2.
Tujuan
Belajar
Dasar
pertimbangan lainnya adalah merumuskan tujuan belajar. Secara umum tujuan
belajar yang diusahakan untuk dicapai meliputi tiga hal, yakni mendpatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap.
Ketiganya dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Relavan dengan hal
ini, hasil belajar tersebut meliputi:
a.
Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep
atau fakta (kognitif).
b.
Hal ihwal personal, kepribadian atau
sikap (afektif).
c.
Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau
penampilan (psikomotorik).
Ketiga
hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal ynag secara
programatik terpisah, namun pada kenyataannya pada diri siswa akan merupakan
satu kesatuan yang utuh dan bulat. Dengan demikian dalam sebuah rencana
pembelajaran, hendaknya guru melakukan pilihan-pilihan media yang sesuai dengan
tujuan, yakni yang dapat membantu pencapaian hal ihwal berkenaan ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pendapat
Allen yang mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan
pembelajaran, yaitu terlihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1
Hubungan antara Media dengan Tujuan pembelajaran
Jenis
Media
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Gambar Diam
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sedang
|
Sedang
|
Rendah
|
Rendah
|
Gambar Hidup
|
Sedang
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Sedang
|
Televisi
|
Sedang
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Obyek Tiga Dimensi
|
Rendah
|
Tinggi
|
Rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
Rekaman Audio
|
Sedang
|
Rendah
|
Rendah
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Progammed Instruction
|
Sedang
|
Sedang
|
Sedang
|
Tinggi
|
Rendah
|
Sedang
|
Demonstrasi
|
Rendah
|
Sedang
|
Rendah
|
Tinggi
|
Sedang
|
Sedang
|
Buku Teks Tercetak
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Keterangan:
1
= Belajar informasi faktual
2
= Belajar pengenalan visual
3
= Belajar prinsip, konsep dan aturan
4
= Prosedur belajar
5
= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6
= Mengembangkan sikap, opini, dan motivasi
Kriteria
yang palin utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya, bila tujuan
atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata atau kompetensi
yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan.
Jika tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media
film dan video dapat digunakan.
3.
Sifat
Bahan Ajar
Isi
pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin
dilakukan siswa. Tugas-tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari
para siswanya. Setiap kategori pembelajaran itu menurut aktivitas atau perilaku
yang berbeda-beda, dan dengan demikian akan mempengaruhi pemilihan media
beserta teknik pemanfaatannya.
Banyak jenis aktivitas yang biasa dilakukan siswa di
sekolah. Isi bahan ajar tidak cukup hanya menuntut aktivitas siswa seperti
mendengarkan dan mencatat, tetapi menurut B. Diedrich, aktivitas siswa dalam
belajar di sekolah terdapat 177 jenis. Jumlah yang banyak itu oleh Diedrich
kemudian dikelompokkan menjadi delapan, yaitu sebagai berikut:
a.
Visual
activities, yang termasuk di dalamnya misalnya,
membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi, percobaan dan
pekerjaan orang lain.
b.
Oral
activities, seperti menyatakan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c.
Listening
activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi musik, pidato/ceramah.
d.
Writing
activities, seperti mencatat poin-poin penting yang
didengarkan, menulis karangan, cerita menyusun angket, menyalin.
e.
Drawing
activities, misalnya menggambar, membuat grafik,
peta, diagram.
f.
Motor
activities, yang termasuk di dalamnya antara lain;
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
bertenak.
g.
Mental
activities, sebagai contoh, menanggapi mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h.
Emotional
activities, seperti menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Jadi
dengan klasifikasi aktivitas sebagai wujud dari implementasi bahan ajar seperti
diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah itu cukup kompleks
dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan didukung oleh media pembelajaran
yang tepat, tentunya lingkungan belajar pun akan lebih dinamis, tidak
membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan
bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan.
Ini semua merupakan tantangan yang menuntut jawaban bagi para guru. Disini,
kerativitas guru mutlak diperlukan untuk merencanakan dan menciptakan media dan
lingkungan belajar yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan-kegiatan yang
bervariasi.
4.
Pengadaan
Media
Dilihat
dari segi pengadaannya, menurut Arief S. Sadiman (1984:83), media dapat dibagi
menjadi dua macam, Pertama, media
jadi (by utilization), yakni media
yang sudah menjadi komoditi perdagangan. Walaupun hemat waktu, hemat tenaga,
dan hemat biaya bila dilihat dari kestabilan materi dan penggunaannya, namun
kecil kemungkinan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan, tujuan
pembuatan media tersebut (oleh prosedur/perusahaan) tidak khusus untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang spesifik seperti biasa terjadi di kelas, tetapi tujuan
tersebut dibuat lebih umum untuk kelompok sasaran yang umum juga. Ada beberapa
cara untuk memanfaatkan media jadi ini agar tetap membantu mengefisiensi dan
mengefektifkan proses pembelajaran, yakni terlebih dahulu guru mempelajari
media yang bersangkutan untuk mengetahui bagian-bagian mana yang sesuai dengan
tujuan dan materi. Langkah berikutnya mengintegrasikan bahan media jadi
tersebut dengan rencana pembelajaran, meliputi tujuan, materi, metode, waktu
dan hirarki belajar.
Kedua, media rancangan (by design), yaitu media yang
dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Oleh
karena itu, media ini besar kemungkinan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Aspek
teknis lainnya yang butuh perhatian dan menjadi perhatian pemilihan media
adalah kemampuan biaya, ketersediaan waktu,
tenaga, fasilitas dan peralatan pendukung. Karena aspek-aspek tersebut
seringkali menjadi penghambat dalam pengembangan dan pemanfaatan media
pembelajaran secara maksimal.
5.
Sifat
Pemanfaatan Media
Pembelajaran (instructional) mempunyai pengertian yang lebih luas dibanding
“pengajaran”. Jika kata “pengajaran” ada dalam konteks tatap muka antara guru
dan siswanya di kelas (ruang) formal, maka pembelajaran di samping mengandung
makna pengajaran seperti itu juga mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang
tidak dihadiri guru secara fisik.
Dengan demikian, dalam pemilihan media untuk proses
belajar mengajar perlu juga mempertimbangkan sifat pemanfaatannya. Dilihat dari
pemanfaatanya, media pembelajaran terdapat dua macam yaitu, media primer dan
media sekunder.
a.
Media primer, yakni media yang
diperlukan atau harus digunakan guru untuk membantu siswa dalam proses
pembelajarannya. Media semacam ini biasanya dimanfaatkan guru dalam proses
pengajaran di kelas, yaknisebagai alat bantu proses belajar mengajar. Karena sifatnya
“diperlukan” maka guru harus benar-benar memiliki kemampuan untuk
mengitegrasikan media tersebut dalam perencanaan pembelajaran di kelas, yakni
meliputi karakteristik siswa, tujuan, materi, sequence, waktu yang tersedia, dan lain-lain.
b.
Media sekunder, media ini bertujuan
untuk memberikan pengayaan materi. Media sekunder ini bisa disebut juga sebagai
media pembelajaran dalam arti luas, yakni dapat dijadikan sumber belajar di
mana para siswa dapat belajar secara mandii atau berkelompok. Media opsional ini
dapat dibuat guru sendiri atau bersama-sama dengan para siswanya. Bila media
tersebut dibuat oleh para siswa, maka guru sebagai pengarah dari keseluruhan
rancangannya.
Kedua
macam media tersebut, tentunya tidak cukup hanya memiliki kesesuaian dengan tujuan,
materi dan karakteristik siswa saja, tetapi juga memerlukan sejumlah keahlian
dan pengalaman gprofesional guru.
Guru
pun hendaknya mengatahui potensi media, maka dengan demikian ia juga harus
terlebih dahulu mengetahui karakteristik masing-masing jenis media. Jika tidak
media tersebut akan kehilangan perannya dalam proses pembelajaran.
C. Model/Prosedur Pemilihan Media
Tujuan pengelompokan ataupun pemilihan media memang
berlainan. Karena itu, kita juga tidak perlu heran bila kemudian timbul
berbagai jenis, cara, maupun prosedur pemilihan media. Namun demikian bila
dilihat dari bentuknya, cara-cara tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 model
yaitu model flowchart yang menggunakan sistem pengguguran
(eliminasi) dalam pengambilan keputusan pemilihan, model matriks yang menangguhkan proses pengambilan keputusan pemilihan
sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi, dan model checklist yang juga menangguhkan
keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan. Meskipun belum
ada penelitian khusus tentang hal ini, tampaknya model checklist lebih sesuai untuk membakukan prosedur pemilihan media.
Jadi model checklist lebih serasi
untuk digunakan dalam pemilihan media rancangan, sedangkan model flowchart dapat digunakan baik untuk
menggambarkan proses pemilihan media jadi maupun media rancangan.
Prosedur pemilihan media pembelajaran
yang akan dijadikan contoh adalah yang dibuat oleh Ronald H. Anderson. Prosedur
ini dibuat dalam bentuk flowchart dan
hal ini merupakan hasil penyesuaian yang dilakukan oleh Arief S. Sadiman (1984:95)
Anderson lebih menitikberatkan pemilihan
media didasarkan pada bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan
pembelajaran. Prosedur pemilihannya dimulai dari sifat-sifat belajar seperti
belajar kognitif, psikomotorik dan afektif sebagai tampak pada flowchart seperti berikut.
Prosedur
Pemilihan Media Menurut Anderson dalam Sadiman (1984: 97)
Tabel 2.2
Keterangan Kelompok Media untuk
Prosedur Pemilihan Media Menurut Anderson
Kelompok
Media
|
Media
Instruksional
|
1. Audio
|
a. Pita
audio (rol atau kaset)
b. Piringan
audio
c. Radio
(rekaman siaran)
|
2. Cetak
|
a. Buku
teks terprogram
b. Buku
pegangan/manual
c. Buku
tugas
|
3. Audio-cetak
|
a. Buku
latihan dilengkapi kaset atau pita audio
b. Pita,
gambar, bahan (dilengkapi) dengan pita suara audio
|
4. Proyeksi visual diam
|
a. Film
bingkai (slide)
b. Film
rangkai (berisi pesan verbal)
|
5. Proyeksi visual diam dengan audio
|
a. Film
bingkai (slide) suara
b. Film
rangkai suara
|
6. Visual gerak
|
a. Film
bisu dengan judul (caption)
|
7. Visual gerak dengan audio
|
a. Film suara
b. Video
|
8. Benda
|
a. Benda nyata
b. Model tiruan (mack-ups)
|
9. Manusia dan sumber lingkungan
|
|
10. Komputer
|
a.
Program intruksional terkomputer
|