Hanya Soal Waktu
Bicara
soal waktu, tidak lengkap rasanya jika kita tidak menyinggung sebuah firman
Allah yang sangat dahsyat yang terkandung dalam al-Qur'an yang berbicara
mengenai tips jitu bagaimana menaklukkan waktu serta bagaimana supaya waktu yang
kita miliki itu berkualitas. Ya, al-Ashr, sebuah surah dimana di dalamnya Allah
ta’ala berfirman:
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan
saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. al-‘Ashr: 1-3).”
Surah
ini diawali dengan kata Wal-’Ashr, demi masa. “Al-‘Ashr” artinya masa,
zaman, sore, dan hal memerah atau memeras. Ibn Katsir mengatakan:
al-‘Ashr adalah rentang waktu yang di situ terjadi aktivitas manusia
anak Adam, baik atau buruk. Kita sering mendengar kata
‘ashrirrasuul artinya masa Rasulullah yang dianggap seluruh mazhab sebagai
masa yang paling penting. Dikarenakan masa itu ialah ‘ashruttasyri’ (masa
ditetapkannya syari’at), masa diturunkannya al-Qur’an, dan masa dikembangkannya
agama Islam.
Pakar
tafsir ternama, Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam bahasa Arab ada beberapa
istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan kata
waktu. Pertama, ad-dahr yaitu masa keberadaan alam raya ini
sebelum manusia dilahirkan. Kedua, al-‘ashr yakni masa yg dilalui manusia
sejak lahir sampai mati, atau masa hidup. Ketiga, ajal (waktu
berakhirnya sesuatu). Ketika gelas pecah berarti sudah tiba ajalnya karena tidak
bisa dipakai lagi, sudah tidak memberi manfaat.Keempat, waqt yakni masa
dimana pekerjaan harus selesai, contohnya seperti waktu shalat. Jadi bisa
dikatakan maksud waktu di sini adalah masa hidup (‘ashr) atau rentang waktu
kehidupan manusia dari lahir sampai mati terkait dengan nilai kemanfaatannya
dimana tugas kehidupan manusia harus sudah selesai.
Dalam
ayat ini, Allah bersumpah “demi masa” secara umum. Ada juga yang memahami demi
waktu asar akan tetapi kurang kuat riwayatnya. Mengapa Allah menggunakan kata ashr untuk
menyampaikan makna masa dalam surah ini? Karena secara
bahasa ‘ashr artinya memeras. Allah bersumpah demi masa/saat
menjelang matahari tenggelam dimana manusia selesai melaksanakan aktivitas
hariannya dan seakan-akan terperas keringatnya. Inilah waktu sore, ujung hari,
dan bisa juga disebut masa tua dimana biasanya penyesalan muncul. jadi
seolah-olah Allah ingin mengatakan, “Sebelum kalian menyesal kemudian, maka
berbuatlah!”
Allah
menggunakan kata qasam/janji dengan pemakaian huruf waw dalam
kata wal ‘ashri mengindikasikan betapa pentingnya pesan yang ingin
disampaikan dalam ayat ini. Allah berjanji dalam surah ini “Demi masa” yakni
demi rentang waktu yang dilalui manusia sejak lahir sampai mati yang di situ
terjadi aktivitas manusia, baik atau buruk.
Dalam
al-Qur’an, Allah memang sering bersumpah. Allah bersumpah dengan benda-benda,
misalnya wasy-Syamsi, “demi
matahari” (QS. as-Syams: 1). Allah bersumpah dengan waktu, misalnya wadh-Dhuhaa, “demi waktu dhuha” wallaili idzaa sajaa “demi malam apabila
mulai gelap” (QS. ad-Dhuha 1-2). Allah juga bersumpah dengan jiwa, wanafsiw wa maa sawwaahaa, “Demi
jiwa dan yang menyempurnakannya” (QS. as-Syams 7). Namun, Allah paling sering
bersumpah dengan waktu, laa uqsimu bi yaumil qiyaamah, “kami
bersumpah dengan hari kiamat” (QS. al-Qiyamah: 1). Wallaili idzaa yaghsyaa, wannahaari
idzaa tajallaa, “demi malam apabila gelap dan demi siang apabila
terang benderang” (QS. Al-Lail 1-2).
Dalam
surah al-’Ashr ini Allah bersumpah dengan waktu, wal-’Ashr, “demi masa”.
Hal ini mengisyaratkan tentang urgensi waktu dalam kehidupan semua orang dalam
dunia ini. Dan jika Allah bersumpah dengan salah satu makhluk-Nya, itu
menunjukkan bahwa makhluk itu memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
pandangan Allah SWT. Maka apabila seseorang tidak segera menggunakan waktu itu
dengan semestinya, maka ia akan dalam kerugian yang sangat luar biasa kecuali
dengan empat syarat sekaligus: iman, amal shaleh, saling menasehati dalam
kebaikan dan saling menasehati dalam kesabaran.
Allah
Swt. memulai surah ini dengan bersumpah Wal 'ashr (Demi
masa), untuk membantah anggapan
sebagian orang yang mempersalahkan waktu dalam kegagalan
mereka.
Tidak
ada sesuatu yang dinamai masa sial
atau masa mujur, karena yang berpengaruh adalah
kebaikan dan keburukan usaha seseorang. Dan inilah yang berperan di
dalam baik atau buruknya akhir suatu pekerjaan, karena masa
selalu bersifat netral. Demikian Muhammad ‘Abduh menjelaskan sebab
turunnya surat ini.
Lalu apa sebenarnya keistimewaan waktu itu sampai dengannya
Allah berjanji?
Pertama, waktu adalah kehidupan. Dan kehidupan adalah batas masa kerja yang membentang
dari kelahiran hingga kematian. Itulah yang kita sebut umur atau usia. Setiap
manusia yang hidup mendapatkan karunia umur sebagai batas masa kerja. Jumlahnya
berbeda pada setiap orang.
Akan
tetapi, perbedaan itu tidaklah penting, karena pertanggungjawabannya
tidak terletak disitu. Namun, yang akan kita pertanggungjawabkan adalah muatan
umur itu atau cara kita menjalani kehidupan kita. Setiap satu satuan waktu
berlalu, setiap itu pula satu bagian dari kehidupan kita berlalu. Cara kita
memberikan arti dan harga bagi kehidupan kita ditentukan dari cara kita
menggunakan waktu, serta cara kita menyusun aktivitas dan menyimpannya dalam
wadah waktu. Jadi, nilai dari setiap satu satuan waktu adalah kegiatan yang
mengisinya, dan nilai dari total kehidupan kita adalah total kegiatan yang
mengisi kehidupan kita. Hidup kita akan bermakna jika tidak ada waktu yang
terbuang percuma.
Kedua, waktu adalah
kesempatan yang tidak terganti. Waktu,
dengan berbagai kondisi dan momentumnya, tidak mengalami pengulangan. Ia
merupakan sumber daya yang tidak tergantikan. Oleh karenanya, waktu adalah hal
paling berharga yang bisa dimanfaatkan oleh seseorang. Kehilangan uang dapat
dicari, tapi waktu yang hilang tak akan terganti. Waktu yang kita lewati akan
hilang selamanya. Waktu yang terbuang tidak bisa direka ulang; nama hari, jam,
detik boleh jadi sama tapi hari ini berbeda dengan yang kemarin. Banyak orang
merayakan hari ulang tahun, tapi itu sebatas persamaan tanggal dan bulan. Itu
sudah menjadi sejarah dengan embel-embel kata “yang lalu” yang dimiliki oleh
seseorang. Masa yang sudah dilewatinya kian bertambah dan itu menandakan berapa
banyak waktu/masa yang sudah dia habiskan.
Kita
hanya bisa mengenang masa-masa umur yang telah kita lalui, tetapi tidak bisa
menghadirkannya kembali. Kita hanya bisa menghadirkan masa lalu dalam ingatan,
tetapi tidak bisa menduplikasi dan mengulanginya. Karena sifatnya yang tidak
tergantikan, maka setiap satuan waktu atau umur yang kita lalui, berarti satu
pengurangan pada jatah kita. Umur kita sesungguhnya tidak pernah bertambah,
tetapi berkurang. Sebab, umur adalah “jatah tetap” yang kita habiskan setiap
hari.
Apabila
disini Allah bersumpah dengan waktu, maka sadarlah kita betapa pentingnya waktu
dalam kehidupan kita. Waktu adalah batas masa kerja yang membentang antara
kelahiran dan kematian. Maka itulah jatah hidup kita.
Dalam
menjalani kehidupan, waktu yang dimiliki manusia hanya saat ini, yang lalu
sudah berlalu, sesaat kemudian kita tak bisa jamin. Oleh karena itu kita harus
menghabiskan waktu dengan bijak mulai saat ini. Melalui
surah al-‘ashr ini, Islam sebagai agama yang sempurna, memberikan tuntunan
dalam memanfaatkan waktu. Sementara hidup adalah ujian. Dalam kerangka ujian
itu, Allah menyebutkan syarat sukses bagi setiap manusia; iman, amal shaleh,
saling menasehati dalam kebenaran, dan dalam kesabaran. Wallahu A’lam.
Written by
Ikah Rohilah, M.Si.
Referensi :
bagus banget buat dibaca kak
BalasHapustelur organik