Senin, 04 Januari 2016

KRITERIA PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

KRITERIA PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN


A.   Dasar Pertimbangan Pemilihan Media
Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah:
1.         Untuk mendemonstrasikan seperti halnya pada kuliah tentang media.
2.         Merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya seorang guru yang sudah terbiasa menggunakan proyektor transparansi.
3.         Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret.
4.         Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang dilakukannya, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar siswa.
Jadi, dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang akan diinginkan atau tidak. Mc. Connel (Sadiman, 1984:84) mengatakan bila media itu sesuai pakailah, “If The Medium Fits, Use It!”.
Hal yang menjadi pertanyaan di sini adalah apa ukuran atau kriteria kesukaan tersebut. Jawaban atas pertanyaan ini tidaklah semudah pertanyaan. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan, misalnya tujuan kontruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luas jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam keputusan pemilihan.
Pertanyaan-pertanyaan praktis yang dapat diajukan dalam rangka pembelian media adalah sebagai berikut:
1.         Apakah media yang bersangkutan relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
2.         Apakah ada sumber informasi, katalog, dan sebagainya mengenai media yang bersangkutan?
3.         Apakah perlu dibentuk tim untuk mereviu yang terdiri dari para calon pemakai?
4.         Apakah ada media di pasaran yang telah divalidasikan?
5.         Apakah media yang bersangkutan boleh direviu terlebih dahulu?
6.         Apakah tersedia format reviu yang sudah dibakukan?

B.   Kriteria Pemilihan
Profesor Ely di Fakultas Pascasarjana IKIP Malang tahun 1982 (Sadiman, 1984:85) mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem intruksional  secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dari isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan. Sebagai pendekatan praktis, beliau menyarankannnya untuk mempertimbangkan media apa saja yang ada, berapa harganya, berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya, dan format apa yang memenuhi selera pemakai (misalnya siswa dan guru).
Dalam hubungan ini Dick dan Carey tahun 1987 (Sadiman, 1984:86) menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media. Pertama, ketersediaan sumber setempat artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua, apakah untuk membeli atau memproduksikan sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya. Ketiga, faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama artinya media bisa digunakan dimana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan.
Faktor yang terakhir adalah efektivitas biayanya dalam jangka waktu ynag panjang. Ada sejenis media yang biaya produksinya mahal (seperti program film bangkai). Namun bila dilihat kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-ulang untuk jangka waktu yang panjang program film bingkai mungkin lebih murah dari media yang biaya produksinya murah (misalnya brosur) tetapi setiap waktu materinya berganti. Hakikat dari pemilihan media pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai, atau mengadaptasi media yang bersangkutan.
Selain itu, kriteria-kriteria yang menjadi fokus dalam pemilihan media dalam Munadi (........:188), antara lain karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, karakteristik medianya itu sendiri, dan sifat pemanfaatan media.
1.         Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Setidaknya ada tiga hal berkaitan dengan karakteristik siswa, yaitu:
a.         Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal (prerequisite skills), yakni kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan ini merupakan hasil dari berbagai pengalaman masing-masing siswa.
b.        Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang, lingkungan hidup, dan status sosial (sociocultural).
c.         Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian, menurut Winkel (1989:84) meliputi 1) fungsi kognitif mencakup taraf integensia dan daya kreativitas, bakat khusus, organisasi kognitif, taraf kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar, teknik-teknik belajar; 2) fungsi konatif-dinamik mencakup karakter hasrat berkendak, motivasi belajar, perhatian konsentrasi; 3) fungsi afektif mencangkup temperamen, perasaan, sikap, minat; 4) fungsi sensori-motorik; 5) dan beberapa hal ynag lainnya yang menyangkut kepribadian siswa seperti individualitas biologis, kondisi mental, vitalisasi psikis, dan perkembangan kepribadian.
Pengetahuan mengenai karakteristik siswa ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar-mengajar. Terutama bagi guru, informasi mengenai karakteristik siswa senantiasa akan sanagat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik, yang dapat menjamin kemudahan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, memilih dan menentukan metode dan media yang lebih tepat, sehingga akan terjadi proses interaksi dari masing-masing komponen belajar-mengajar secara optimal. Hal ini jelas menantang guru untuk selalu kreatif dalam rangka menciptakan kegiatan yang bervariasi, agar masing-masing individu siswa dapat berpatisipasi secara maksimal dalam proses pembelajarannya.


2.         Tujuan Belajar
Dasar pertimbangan lainnya adalah merumuskan tujuan belajar. Secara umum tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai meliputi tiga hal, yakni mendpatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Relavan dengan hal ini, hasil belajar tersebut meliputi:
a.         Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif).
b.        Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif).
c.         Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).
Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal ynag secara programatik terpisah, namun pada kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Dengan demikian dalam sebuah rencana pembelajaran, hendaknya guru melakukan pilihan-pilihan media yang sesuai dengan tujuan, yakni yang dapat membantu pencapaian hal ihwal berkenaan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pendapat Allen yang mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, yaitu terlihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1
Hubungan antara Media dengan Tujuan pembelajaran
Jenis Media
1
2
3
4
5
6
Gambar Diam
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Gambar Hidup
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Televisi
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Obyek Tiga Dimensi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rekaman Audio
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Progammed Instruction
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Demonstrasi
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Buku Teks Tercetak
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Keterangan:
1 = Belajar informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini, dan motivasi
Kriteria yang palin utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya, bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Jika tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video dapat digunakan.
3.         Sifat Bahan Ajar
Isi pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa. Tugas-tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari para siswanya. Setiap kategori pembelajaran itu menurut aktivitas atau perilaku yang berbeda-beda, dan dengan demikian akan mempengaruhi pemilihan media beserta teknik pemanfaatannya.
Banyak jenis aktivitas yang biasa dilakukan siswa di sekolah. Isi bahan ajar tidak cukup hanya menuntut aktivitas siswa seperti mendengarkan dan mencatat, tetapi menurut B. Diedrich, aktivitas siswa dalam belajar di sekolah terdapat 177 jenis. Jumlah yang banyak itu oleh Diedrich kemudian dikelompokkan menjadi delapan, yaitu sebagai berikut:
a.         Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain.
b.        Oral activities, seperti menyatakan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c.         Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi musik, pidato/ceramah.
d.        Writing activities, seperti mencatat poin-poin penting yang didengarkan, menulis karangan, cerita menyusun angket, menyalin.
e.         Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f.         Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain; melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, bertenak.
g.        Mental activities, sebagai contoh, menanggapi mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h.        Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Jadi dengan klasifikasi aktivitas sebagai wujud dari implementasi bahan ajar seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah itu cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan didukung oleh media pembelajaran yang tepat, tentunya lingkungan belajar pun akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan. Ini semua merupakan tantangan yang menuntut jawaban bagi para guru. Disini, kerativitas guru mutlak diperlukan untuk merencanakan dan menciptakan media dan lingkungan belajar yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan-kegiatan yang bervariasi.
4.         Pengadaan Media
Dilihat dari segi pengadaannya, menurut Arief S. Sadiman (1984:83), media dapat dibagi menjadi dua macam, Pertama, media jadi (by utilization), yakni media yang sudah menjadi komoditi perdagangan. Walaupun hemat waktu, hemat tenaga, dan hemat biaya bila dilihat dari kestabilan materi dan penggunaannya, namun kecil kemungkinan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan, tujuan pembuatan media tersebut (oleh prosedur/perusahaan) tidak khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik seperti biasa terjadi di kelas, tetapi tujuan tersebut dibuat lebih umum untuk kelompok sasaran yang umum juga. Ada beberapa cara untuk memanfaatkan media jadi ini agar tetap membantu mengefisiensi dan mengefektifkan proses pembelajaran, yakni terlebih dahulu guru mempelajari media yang bersangkutan untuk mengetahui bagian-bagian mana yang sesuai dengan tujuan dan materi. Langkah berikutnya mengintegrasikan bahan media jadi tersebut dengan rencana pembelajaran, meliputi tujuan, materi, metode, waktu dan hirarki belajar.
Kedua,  media rancangan (by design), yaitu media yang dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, media ini besar kemungkinan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Aspek teknis lainnya yang butuh perhatian dan menjadi perhatian pemilihan media adalah kemampuan biaya, ketersediaan waktu,  tenaga, fasilitas dan peralatan pendukung. Karena aspek-aspek tersebut seringkali menjadi penghambat dalam pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran secara maksimal.
5.         Sifat Pemanfaatan Media
Pembelajaran (instructional) mempunyai pengertian yang lebih luas dibanding “pengajaran”. Jika kata “pengajaran” ada dalam konteks tatap muka antara guru dan siswanya di kelas (ruang) formal, maka pembelajaran di samping mengandung makna pengajaran seperti itu juga mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik.
Dengan demikian, dalam pemilihan media untuk proses belajar mengajar perlu juga mempertimbangkan sifat pemanfaatannya. Dilihat dari pemanfaatanya, media pembelajaran terdapat dua macam yaitu, media primer dan media sekunder.
a.         Media primer, yakni media yang diperlukan atau harus digunakan guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajarannya. Media semacam ini biasanya dimanfaatkan guru dalam proses pengajaran di kelas, yaknisebagai alat bantu proses belajar mengajar. Karena sifatnya “diperlukan” maka guru harus benar-benar memiliki kemampuan untuk mengitegrasikan media tersebut dalam perencanaan pembelajaran di kelas, yakni meliputi karakteristik siswa, tujuan, materi, sequence, waktu yang tersedia, dan lain-lain.
b.        Media sekunder, media ini bertujuan untuk memberikan pengayaan materi. Media sekunder ini bisa disebut juga sebagai media pembelajaran dalam arti luas, yakni dapat dijadikan sumber belajar di mana para siswa dapat belajar secara mandii atau berkelompok. Media opsional ini dapat dibuat guru sendiri atau bersama-sama dengan para siswanya. Bila media tersebut dibuat oleh para siswa, maka guru sebagai pengarah dari keseluruhan rancangannya.
Kedua macam media tersebut, tentunya tidak cukup hanya memiliki kesesuaian dengan tujuan, materi dan karakteristik siswa saja, tetapi juga memerlukan sejumlah keahlian dan pengalaman gprofesional guru.
Guru pun hendaknya mengatahui potensi media, maka dengan demikian ia juga harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik masing-masing jenis media. Jika tidak media tersebut akan kehilangan perannya dalam proses pembelajaran.

C.   Model/Prosedur Pemilihan Media
Tujuan pengelompokan ataupun pemilihan media memang berlainan. Karena itu, kita juga tidak perlu heran bila kemudian timbul berbagai jenis, cara, maupun prosedur pemilihan media. Namun demikian bila dilihat dari bentuknya, cara-cara tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 model yaitu model flowchart  yang menggunakan sistem pengguguran (eliminasi) dalam pengambilan keputusan pemilihan, model matriks yang menangguhkan proses pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi, dan model checklist yang juga menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan. Meskipun belum ada penelitian khusus tentang hal ini, tampaknya model checklist lebih sesuai untuk membakukan prosedur pemilihan media. Jadi model checklist lebih serasi untuk digunakan dalam pemilihan media rancangan, sedangkan model flowchart dapat digunakan baik untuk menggambarkan proses pemilihan media jadi maupun media rancangan.
Prosedur pemilihan media pembelajaran yang akan dijadikan contoh adalah yang dibuat oleh Ronald H. Anderson. Prosedur ini dibuat dalam bentuk flowchart dan hal ini merupakan hasil penyesuaian yang dilakukan oleh Arief S. Sadiman (1984:95)
Anderson lebih menitikberatkan pemilihan media didasarkan pada bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan pembelajaran. Prosedur pemilihannya dimulai dari sifat-sifat belajar seperti belajar kognitif, psikomotorik dan afektif sebagai tampak pada flowchart seperti berikut.
Prosedur Pemilihan Media Menurut Anderson dalam Sadiman (1984: 97)





Tabel 2.2
Keterangan Kelompok Media untuk Prosedur Pemilihan Media Menurut Anderson
Kelompok Media
Media Instruksional
1. Audio
a.    Pita audio (rol atau kaset)
b.    Piringan audio
c.    Radio (rekaman siaran)
2. Cetak
a.    Buku teks terprogram
b.    Buku pegangan/manual
c.    Buku tugas
3. Audio-cetak
a.    Buku latihan dilengkapi kaset atau pita audio
b.    Pita, gambar, bahan (dilengkapi) dengan pita suara audio
4. Proyeksi visual diam
a.    Film bingkai (slide)
b.    Film rangkai (berisi pesan verbal)
5. Proyeksi visual diam dengan audio
a.    Film bingkai (slide) suara
b.    Film rangkai suara
6. Visual gerak
a.    Film bisu dengan judul (caption)
7. Visual gerak dengan audio
a.  Film suara
b.  Video
8. Benda
a.  Benda nyata
b.  Model tiruan (mack-ups)
9. Manusia dan sumber lingkungan

10. Komputer
a.  Program intruksional terkomputer